Jakarta, 21 Oktober 2022 – Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) terus digenjot pemerintah. Di antara sektor EBT yang tengah digarap yakni sektor bioenergi. Program pengembangan biogas menjadi salah satu trategi pemerintah dalam mengembangkan EBT di sektor bioenergi.
Program pengembangan biogas di antaranya yakni, biogas rumah tangga, biogas komunal, biogas industri, biomethane dan compressed biomethane gas (CBG).
“Sesuai Rencana Umum Energi Nasional/RUEN, target kontribusi biogas pada bauran energi nasional sebesar 489,8 juta m3 pada tahun 2025, di mana capaiannya hingga September 2022 baru mencapai 32,47 juta m3 atau sekitar 6,5%,” kata Direktur Bioenergi, Edi Wibowo saat membuka kegiatan Bioshare Series #8 bertajuk Exploring the Future of Biomethane in Indonesia hari ini (Rabu, 19/10) secara virtual.
Menurut Edi, biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi mikroorganisme dalam kondisi anaerob. Edi mengatakan biogas menjadi salah satu sumber EBT yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Penggunaan biogas bisa mengurangi dampak krisis lingkungan, semisal penurunan emisi gas rumah kaca, pengelolaan limbah industri perkebunan atau pertanian, juga mencegah pencemaran air,tanah dan udara.
- Advertisement -
“Pengembangan program biogas yang saat ini tengah diupayakan oleh pemerintah adalah pengembangan biogas, yang ditingkatkan menjadi biometana, yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, subsituti bahan bakar diesel di PLTD, bahan bakar gas untuk transportasi, serta substitusi LPG untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan industri dan komplemen gas bumi melalui jaringan pipa gas,” katanya.
Edi mengatakan guna melakukan percepatan pemanfaatan biogas berskala industri, pemerintah melalui Kementerian ESDM telah melakuka penyusunan standar dan ditetapkan SNI 8019 standar mutu biogas bertekanan. Lebih jauh, kata dia, Kementerian ESDM bekerja sama dengan Kementerian Investasi (BKPM) untuk melakukan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK), termasuk izin usaha pengolahan biogas tercantum dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 35203. KBLI ini bisa diakses secara daring secara OSS di Kementerian Investasi (BKPM), untuk memudahkan proses perijinan.
Kementerian ESDM pun merangkul beberapa mitra guna mengembangkan proyek pemanfaatan biometana yang lebih luas seperti melalui proyek-proyek pre feasibility study, kajian keekonomian, kajian kebijakan tata niaga dan kajian industri serta bahan baku biometana khususnya untuk CBG.
Pemerintah berharap dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh, pemanfaatan biometana khususnya dalam bentuk CBG dapat menggantikan gas bumi dan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil.
“Pengembangan Proyek Bio Compressed Natural Gas/BioCNG dengan memanfaatkan limbah pertanian/perkebunan tentunya diharapkan akan membantu industri pertanian dan perkebunan dalam mengurangi emisi karbon, mengatasi masalah limbah serta membantu industri terdekat untuk lebih memanfaatkan energi terbarukan sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan upaya dekarbonisasi dalam meningkatkan ekonomi sirkuler dalam mewujudkan energi hijau yang berkelanjutan,” kata Edi.
Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi, Trois Dilisusendi menyebutkan implementasi program biogas berkelanjutan yang saat ini tengah dilaksanakan oleh Pemerintah meliputi pengembangan Peta Jalan Biogas Berkelanjutan, mendorong pengembangan biogas untuk keperluan rumah tangga dan UMKM dengan memanfaatkan limbah domestik, pupuk kandang atau limbah pertanian, serta mempromosikan pengembangan BioCNG skala komersial untuk transportasi, substitusi LPG untuk industri dan pembangkit listrik.
“Kunci pengembangan biogas adalah kolaborasi. Dukungan semua pihak yaitu swasta, akademisi, media, dan Non-Governmental Organization/NGO akan membantu optimalisasi upaya pengembangan biogas,” ucap Trois.
Menyandang negara agraris, Indonesia memiliki potensi biometana yang menjanjikan. Agroindustri tersebar di beberapa wilayah Indonesia, sehingga limbah organik yang dihasilkan pun dapat diolah menjadi sumber energi alternatif.
Berdasarkan kajian yang tengah dilakukan oleh Direktorat Bioenergi dan GIZ, terdapat delapan provinsi yang menjadi prioritas pengembangan biomentana, meliputi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, Kalimantan tengah, dan Kalimantan Barat.
Biometana memiliki potensi pemanfaatan yang beragam. Selain menjadi substitusi CNG dan bahan bakar masak di sektor industri, biometana juga dapat menjadi pengganti bahan bakar kendaraan di area perkebunan dan pabrik, pengganti bahan bakar di pembangkit listrik tenaga diesel, serta dapat diintegrasikan ke dalam jaringan gas alam.
Group Head Business Development PT PGN, Arie Susanto Tjahyono, mengaku tengah mempersiapkan beberapa titik injeksi (injection point) biometana ke jaringan gas milik PGN, salah satunya berlokasi di Pagardewa, Sumatera Selatan.
Pemerintah juga terus mendorong peningkatan potensi pasar biometana. Beberapa di antara yang tengah diupayakan adalah pemanfaatan biometana di PLTD milik PLN, substitusi bahan bakar gas di hotel, restoran, dan café (Horeca), juga pemanfaatan biometana di rumah sakit. Bioshare Series #8 menjadi wadah diskusi multiarah yang mengeksplorasi lebih dalam potensi-potensi biometana di Indonesia, serta menjadi sarana edukasi publik terkait kebijakan dan regulasi yang telah tersedia untuk mendukung pengembangan biometana yang lebih luas.