Jakarta, 9 November 2022 (SAHITYA.ID) – Negara-negara di seluruh dunia sedang berlomba untuk menghasilkan lebih banyak energi terbarukan yang lebih bersih agar bisa digunakan untuk kebutuhan baik di sektor industri atapun rumah tangga.
Dahulu, orang-orang di seluruh dunia sangat bergantung pada bahan bakar fosil dan sumber energi terbarukan lainnya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren penggunaan bahan bakar fosil mengalami penurunan dan mulai beralih ke energi terbarukan.
Termasuk, banyaknya perusahaan dan pemerintah yang mulai kejar-kejaran menggunakan sumber energi terbarukan. Alhasil, tidak heran bila biaya untuk mengembangkan teknologi yang diperlukan untuk menopang energi terbarukan sangat tinggi.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”categories” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
- Advertisement -
Pemerintah ataupun perusahaan swasta yang tertarik untuk mengembangkan teknologi energi terbarukan menginvestasikan sejumlah besar cuan ke dalam proyek-proyek tersebut.
Industri energi terbarukan pada akhirnya bertujuan memberikan solusi energi bersih kepada masyarakat. Belum lama ini, Amerika Serikat mengesahkan Undang-Undang Pengurangan Inflasi. Di dalamnya memuat regulasi terkait penggelontoran anggaran sebesar 369 miliar dolar AS yang disisihkan untuk program keamanan energi dan perubahan iklim selama 10 tahun kedepan.
Para pakar ekonomi menilai uang tersebut bakal banyak menggelontor ke industri energi terbarukan. Masuknya pengeluaran pemerintah dapat membantu industri terus tumbuh.
Pada April 2022, Precedence Research memperkirakan bahwa pasar energi terbarukan akan tumbuh menjadi $1.998,03 miliar pada tahun 2030. Itu merupakan pertumbuhan yang signifikan dari perkiraan Allied Market Research tahun 2020 bahwa pasar energi terbarukan global bernilai $881,7 miliar.
Berikut ini beberapa perusahan pemain besar dalam industri energi terbarukan, sebagaimana dilansir dari Forbes:
Tesla Inc. (TSLA)
Berbicara tentang energi terbarukan tentu kita akan memasukan perusahaan milik Elon Musk, Tesla. Perusahaan ini tidak hanya produsen kendaraan listrik terkemuka di dunia, melainkan memproduksi berbagai produk penyimpanan.
Tesla pun memproduksi energi terbarukan untuk perumahan dan komersial seperti panel surya dan stasiun penyimpanan energi rumah. Investor yang tertarik dengan teknologi bersih mungkin menganggap Tesla sebagai prospek yang menarik.
Brookfield Renewable Partners L.P. (BEP)
Perusahan ini mungkin tidak setenar Tesla. Namun, meski merek perusahaan mereka tidak terlalu dikenal orang, nyatanya Brookfield Renewable mampu menyuguhkan platform energi terbarukan yang diperdagangkan secara publik terbesar.
Perusahaan ini adalah pemimpin dalam dekarbonisasi dan mengklaim posisi keuangan yang kuat di pasar yang terus berkembang. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan ini terus berkembang dan berhasil mengakuisisi perusahaan energi terbarukan lainnya seperti Scout Clean Energy, Standard Solar, dan Urban Gird.
Saat ini, Brookfield adalah salah satu produsen pembangkit listrik tenaga air terbesar. Jelas, mereka ingin memperluas pijakan mereka dalam energi angin, energi matahari, dan solusi penyimpanan energi.
First Solar (FSLR)
First Solar mengkhususkan diri dalam panel surya film tipis. Seiring pertumbuhan permintaan panel surya, perusahaan ini berada dalam posisi yang baik untuk mengambil keuntungan dari kelompok pembeli potensial yang terus bertambah.
Sebagian dana yang dialokasikan untuk energi hijau dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi diarahkan untuk membuat panel surya lebih terjangkau bagi konsumen, termasuk kredit pajak hingga 30% bagi mereka yang memasang sistem PV dalam sepuluh tahun ke depan.
Perusahaan ini kemungkinan akan mendapat manfaat dari adanya kebijakan di Amerika Serikat terkait Undang-Undang Pengurangan Inflasi. First Solar mengiklankan modul PV film tipisnya yang menghasilkan jejak karbon hingga 2,5x lebih rendah dan jejak air 3x lebih rendah daripada panel c-Si konvensional.
Dengan menampilkan dirinya sebagai yang paling inovatif dan mendorong batas kepada konsumen, perusahaan ini telah menetapkan dirinya untuk mendapatkan keuntungan dari perhatian yang diberikan baru-baru ini pada industri energi terbarukan.
SolarEdge Technologies (SEDG)
SolarEdge Technologies adalah perusahaan lain yang siap memanfaatkan permintaan panel surya yang terus meningkat.
Perusahaan memproduksi sistem inverter yang dirancang untuk mengoptimalkan energi yang dihasilkan oleh panel surya. Pada akhirnya, inverter menghasilkan energi yang lebih terjangkau dan merupakan bagian penting dari model bisnis SolarEdge.
NextEra Energy (NEE)
NextEra Energy adalah pemain utama dalam industri energi hijau Amerika. Dalam skala global, perusahaan ini merupakan salah satu produsen energi angin dan matahari terbesar.
Sebelumnya pada tahun 2022, NextEra mengumumkan rencana Real Zero untuk menghilangkan semua emisi karbon dari operasinya pada tahun 2045. Ia berencana untuk mencapai ini dengan memperluas produksi energi surya dan kapasitas penyimpanan.
Mereka pun memiliki rencana ambisius seperti berniat untuk mengubah pembangkit listriknya menjadi sumber energi terbarukan layaknya hidrogen hijau. Perusahaan ini memimpin upaya dekarbonisasi Amerika, dengan investasi infrastruktur Amerika baru antara 50 dan 55 miliar dolar AS yang direncanakan hingga tahun 2022.