Badung, 15 November 2022 (SAHITYA.ID) – Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi G20, Greenpeace melakukan aksi damai di Bali dengan memproyeksikan pesan yang ditujukan untuk para petinggi dan pemimpin negara-negara yang tergabung dalam G20 atau Group of Twenty. Aksi tersebut dilakukan pada Senin (14/11/2022) malam.
Mengutip Greenpeace.com, Selasa (15/11/2022), para aktivis Greenpeace Indonesia telah menembakkan proyektor berisi pesan ‘Just Energy Tranistion NOW’ atau Transisi Energi Adil SEKARANG di tebing Pantai Melasti kawasan Bali selatan.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
Menjelang KTT G20, Greenpeace Indonesia mendesak para pemimpin forum tersebut untuk meningkatkan komitmen perubahan iklim mereka.
- Advertisement -
KTT G20 diharapkan membahas tiga pilar utama, salah satunya adalah tentang transisi energi. Indonesia, sebagai tuan rumah G20, didesak untuk menyetujui dan mempercepat cara-cara untuk membiayai transisi energinya, di mana prioritasnya adalah pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara.
“Transisi energi adalah sesuatu yang tak terhindarkan, dan negara-negara pada akhirnya akan bergeser ke arah itu, termasuk Indonesia. Namun, penting untuk menggarisbawahi bahwa tindakan harus segera diambil, mengingat dampak signifikan dari krisis iklim terhadap lingkungan dan kemanusiaan. G20 memegang tanggung jawab tersebut,” kata Kepala Kampanye Iklim untuk Greenpeace Asia Tenggara Tata Mustasya dalam keterangan tertulis.
Rencana pengadaan listrik Indonesia, yang dikenal sebagai RUPTL, menyatakan bahwa negara akan terus menggunakan batu bara hingga 2056, bersamaan dengan proses penghentian atau pensiun dini.
Sementara itu, pembangunan 13,8 GW pembangkit listrik tenaga batu bara akan terus berjalan. Kebijakan semacam itu bertentangan dengan komitmen negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, seperti yang tertulis dalam dokumen Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC).
Di COP26 Glasgow pada 2021, bersamaan dengan penandatanganan Pernyataan Transisi Batubara Global ke Pembersihan Daya, pemerintah Indonesia berjanji untuk menonaktifkan pembangkit listrik tenaga batu bara 9,2 GW dan mengganti kehilangan energi 3,7 GW dengan pembangkit listrik terbarukan.
Greenpeace menilai, sangat penting untuk memastikan bahwa Indonesia dan para pemimpin G20 lainnya tidak akan mengadopsi solusi palsu yang dapat menghambat transisi energi, seperti pembakaran bersama dan teknologi batubara bersih. Negara-negara G20, yang mengendalikan sekitar 80 persen ekonomi dunia, bertanggung jawab atas 80 persen dari emisi global.
“Krisis iklim ada di sini, menghancurkan kehidupan, mata pencaharian, komunitas dan budaya di seluruh planet ini. Waktu tidak ada di pihak kita. Para pemimpin harus mengambil langkah berani sebelum kita berakhir dalam bencana iklim permanen,” ujar Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara dan Kepala Delegasi Greenpeace untuk COP27 Yeb Sano.
“Para pemimpin G20 harus memastikan bahwa prinsip-prinsip keadilan iklim diadopsi menjadi skema transisi energi yang cepat dan adil yang akan sepenuhnya menghentikan penggunaan bahan bakar fosil,” ujar Yeb Sano menambahkan.
Menurut IPCC, dunia harus mengambil setidaknya 80% pembangkit listrik tenaga batu bara offline pada 2030 dan sepenuhnya meninggalkan batu bara pada 2040 untuk menghindari jebakan krisis iklim.