Jakarta, 11 November 2022 (SAHITYA.ID) – Amerika Serikat (AS) dan Jepang) menawarkan kesepakatan pendanaan iklim senilai 15 miliar dolar untuk membantu Indonesia mengalihkan jaringan listriknya yang didominasi batu bara dari bahan bakar fosil yang berpolusi.
Rincian perjanjian akan diumumkan selama pertemuan G20 di Bali minggu depan setelah pembicaraan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Indonesia Joko Widodo, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebagaimana dilaporkan Bloomberg, pada Jumat (11/11/2022).
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
Salah seorang pejabat Indonesia mengkonfirmasi bahwa komitmen pendanaan tersebut di bawah program kemitraan transisi energi yang adil (Just Energy Transition Partnership/JETP). Namun, pihak tersebut enggan memberi tahu secara detail.
- Advertisement -
U.S., Japan to offer Indonesia $15 bln in energy transition funds-Bloomberg News https://t.co/Z526U4ezzj pic.twitter.com/AYJthYSRBf
— Reuters (@Reuters) November 11, 2022
Pada kesempatan lain, Luhut mengatakan, sementara negosiasi mengenai persyaratan JETP sangat sulit. Namun ia berharap pengumuman dapat dibuat pada Rabu pekan depan.
Pihaknya juga mengonfirmasi kemajuan kesepakatan tersebut dalam sebuah panggilan dengan utusan Presiden AS khusus untuk iklim, John Kerry.
“Indonesia telah memperjelas sikap kita dalam hal ini. Kami tidak ingin ada kebijakan tentang perubahan iklim yang mengganggu pertumbuhan ekonomi kami,” kata Luhut.
Perlu diketahui, Pemerintah Indonesia sedang bernegosiasi pendanaan pengurangan emisi karbon melalui program pendanaan kemitraan transisi energi yang adil atau JETP.
Ini merupakan bagian dari program kelompok negara mitra internasional atau International Partners Group (IPG) yang dipimpin Inggris. Kerja sama pendanaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk terminasi PLTU batu bara.
Dengan begitu, Indonesia dapat mengurangi sebaran emisi gas rumah kaca yang lebih signifikan.
JETP pertama kali diluncurkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim PBB ke-26 di Glasgow, Skotlandia pada 2021. Program ini merupakan inisiasi kelompok negara-negara kaya yang tergabung dalam IPG antara lain Inggris, Prancis, Jerman, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa (UE).
Program pendanaan ini untuk membantu negara-negara berkembang meninggalkan energi batu bara. Sekaligus mendorong transisi ke penggunaan teknologi yang lebih rendah karbon.
Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi menerima pendanaan tersebut. Negara ini diperkirakan membutuhkan investasi transisi energi mencapai US$25-30 miliar atau sekitar Rp393-471 triliun selama delapan tahun ke depan.
Proses negosiasi yang sedang dilakukan Indonesia merupakan bagian dari ekspansi JETP pada 2022. Program ini juga menyasar India, Vietnam, dan Senegal.
Indonesia baru-baru ini melangkah target pengurangan emisinya dengan rencana untuk pemotongan gas rumah kaca yang lebih agresif pada 2030. Serta telah menetapkan tujuan untuk mencapai nol emisi karbon pada 2060 dengan mengembangkan lebih banyak solar, panas bumi dan tenaga nuklir.
Batu bara saat ini mendominasi ekonomi Indonesia, menyumbang lebih dari setengah listrik negara dan merupakan pendorong utama pertumbuhan. Indonesia adalah pengekspor utama batubara termal dunia.