Jakarta, 26 Oktober 2022 – Tanaman singkong dikenal mudah ditanam dan bisa tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Singkong bahkan merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup penting peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah.
Tanaman singkong banyak diusahakan di lahan kering yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Cassava atau Manihot esculenta merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan karena ketahanannya yang tinggi terhadap kondisi tanah yang kering.
Berdasarkan data BPS pada 2019 menunjukkan bahwa terdapat potensi lahan kering seluas 29,35 juta hektar yang terdiri dari lahan tegal/kebun seluas 12,39 juta hektar, ladang/huma seluas 5,19 juta hektar dan lahan sementara tidak diusahakan seluas 11,77 juta hektar.
Lahan-lahan tersebut merupakan potensi yang tersedia untuk pengembangan areal budidaya atau usaha tani ubi kayu.
- Advertisement -
Tanaman singkong juga bisa dibudidayakan secara komersial. Seluruh bagiannya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan manusia, terutama sebagai bahan pangan dan sayuran.
Pusat Penelitian Bioteknologi (P2) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengemukakan, terdapat metode baru menanam singkong. Cara ini dapat digunakan untuk mendukung program pemerintah dalam membuat food estate atau lumbung pangan baru.
Secara umum, singkong ditanam dengan stek. Metode memperbanyak tanaman ini dengan memotong bagian tumbuhan seperti batang pohon sudah lazim dipraktikkan di Indonesia. Bagian tumbuhan yang telah dipotong itu lalu ditancapkan kembali ke tanah dan kemudian akan tumbuh menjadi tanaman baru.
Biasanya para petani singkong menanam dengan menancapkan stek batang singkong sepanjang enam mata tunas atau 15 sampai 25 sentimeter ke dalam tanah. Namun, berbeda dengan metode yang dikembangkan LIPI, petani cukup menggunakan stek sepanjang dua mata tunas atau kurang lebih sekitar 5 cm.
Dilansir dari laman risetpro.brin.go.id, uji coba stek mini ini dilakukan terhadap berbagai varietas singkong di lahan seluas tiga ribu meter persegi di Kebun Percobaan BB Biogen Kementerian Pertanian di Citayam, Depok, Jawa Barat.
“Di sini kita coba stek mini dengan satu sampai dua mata tunas, kita tanam, hasil evaluasi cukup bagus, kita lihat hasilnya tidak ada perbedaan stek normal,” kata Ketua Tim penelitian Ahmad Fathoni.
Penerima Beasiswa Gelar RISET-Pro itu menjelaskan stek mini langsung saja ditancapkan ke dalam tanah tanpa harus ada perlakuan khusus.
“Ia tidak ada ada perlakuan tertentu, langsung ditanam dan diberi pupuk. Pupuk yang digunakan yaitu yang organik, kita lebih banyak memanfaatkan pupuk organik hayati,” ujar Fathoni.
Selain stek mini, teknik tanam lainnya yang dikembangkan LIPI yaitu menggunakan pucuk pohon singkong sebagai bibit.
“Pucuk itu kita potong terus kita semai di pembibitan kemudian kita pindahkan ke lahan, dari hasil pengamatan petumbuhannya cukup bagus hanya di umbinya masih tidak sebagus ketika kita pakai stek mini dan stek normal namun itu baru pertama kali dicoba,” ucap Fathoni.
Peneliti senior LIPI tentang singkong, Enny Sudarmonowati, menyampaikan dari segi penampilan pohon singkong dan umbi hasil stek mini dengan normal tidak jauh berbeda. Selain itu, menurutnya jika uji coba penanaman dengan pucuk pohon singkong berhasil maka tidak akan ada yang terbuang dari singkong.
“Seluruh bagian singkong tidak ada yang terbuang, pucuk hingga batang untuk bibit, lalu kulit singkong bagus untuk bioetanol,” cetusnya.
Ketua Masyarakat Singkong Ind9nesia (MSI) Arifin Lambaga mengapresiasi hasil penelitian di P2 Bioteknologi LIPI ini. Metode ini dinilai akan menguntungkan petani karena dapat menanam lebih banyak pohon singkong.
Arifin mengungkapkan sebelum ada stek mini, pengiriman satu truk kontainer dapat menampung bibit singkong untuk lahan seluas 10 hektare di suatu daerah. Dengan metode baru ini jumlah bibit yang dikirim untuk bercocok tanam di lahan mencapai tiga kali lipatnya yaitu seluas 30 hektare.
Dengan perhitungan tersebut dapat lebih menguntungkan petani dan pengusaha, karena dapat memangkas ongkos transportasi. Selain itu, singkong yang ditanam akan jauh lebih banyak, karena sebelumnya dari satu batang singkong setinggi satu meter dapat menghasilkan lima bibit.
“Dengan cara dua mata tunas ini bibit singkong yang didapat bisa mencapai 20 stek mini,” kata Arifin.
Cara penanaman ini menjadi terobosan untuk mendukung program pemerintah dalam membuat lumbung pangan baru untuk ketahanan pangan nasional. Stek mini bisa mengefisiensikan penggunaan bibit.
Fathoni mensimulasikan dalam satu hektar memerlukan sepuluh ribu bibit singkong, jika pemerintah akan menanami lahan seribu hektar maka bibit yang harus tersedia sebanyak 10 juta stek.
Menurut Fathoni, ketersediaan bibit menjadi tantangan saat ini untuk mewujudkan lumbung pangan nasional.
“Jadi, kita perlu terobosan inovasi teknologi tidak hanya stek mini tetapi bisa dengan menghasilkan bibit yang banyak dalam waktu singkat melalui kultur jaringan; nah inilah yang kedepannya perlu dikaji lebih ketika ingin menyuplai bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat,” tuturnya.
Enny Sudarmonowati yang juga menjadi Dewan Pakar Food Estate merekomendasikan singkong layak menjadi komoditas strategis nasional.
“Kenapa layak jadi komoditas strategis nasional, karena selama ini produktivitasnya tidak kalah dengan beras, dan ternyata bisa ditanam di lahan marjinal; kenapa kita tidak memperbanyak menanam singkong,” katanya.