Jakarta, 25 Oktober 2022 – Jerman memerankan peranan penting sebagai poros ekonomi Eropa dan secara historis merupakan importir utama gas yang berasal dari Rusia. Kini Jerman tengah berusaha keras mengatasi krisis enegri sebagai dampak dari penghentian pengiriman gas Rusia.
Jerman tengah berjuang keras mengamankan pasokan alternatif menyusul anjloknya arus pengiriman gas dari Rusia sejak invasi yang dititahkan Vladimir Putin ke Ukraina. Lantas bagaimana cara Jerman mengatasi hal itu.
Jerman ternyata mendapatkan lebih banyak gas dari negara-negara Benelux, Norwegia, dan Prancis. Tercatat, Jerman mengimpor 37,6 persen gas dari Norwegia pada September 2022. Hal ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya di bulan yang sama yang hanya mengimpor gas dari Norwegia sebesar 19,2 persen, sebagaimana melansir dari Reuters.
Sementara itu, pengiriman Belanda naik jadi 29,6 persen dari impor sebesar 13,7 persen berdasarkan data kelompok industri utilitas organisasi bisnis gas dan air Jerman, Bundesverband der Energie- und Wasserwirtschaft (BDEW).
- Advertisement -
Pada September 2022, Rusia sama sekali tak mengekspor gas ke negara Uni Eropa. Padahal pada September 2021, Negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut menyuplai gas sebanyak 60 persen.
Harga gas Eropa
Perbandingan setara harga gas pada bulan depan di pasar Dutch Title Transfer Facility (TTF) mengalami penurunan 70 persen dibanding pada Agustus 2022, dengan harga 104 Euro per megawatt hour (MWh).
Angka itu masih 15 persen di atas tahun lalu, tapi yang perlu dicermati, fenomena itu mencerminkan dampak dari pergantian suplai gas karena kebijakan yang diterapkan Rusia kepada negara Uni Eropa.
Meski begitu, kini gua penyimpanan gas bawah tanah di Jerman terisi hingga 97,2 persen.
Strategi importir
Importir Uniper SE (UN01.DE) menyebutkan pihaknya mengambil gas dari Norwegia, Belanda dan Azeri melalui pipa dan menggunakan peran globalnya sebagai pedagang gas alam cair (LNG) guna mendapatkan lebih banyak gas super dingin dari wilayah Eropa barat laut.
Pada 2021, perusahaan energi yang berbasis di Dusseldorf, Jerman tersebut menyerahkan 350 kargo LNG laut.
Anak perusahaan EnBW, VNG yang beroperasi di sektor energi, mengaku telah mengganti duan kontrak Rusai dengan total 10 miliar meter kubik (bcm) per tahun, tercatat sejak Mei dengan kesepakatan over the counter (OTC) di mana proses sekuritas (surat utang) diperdagangkan melalui jaringan broker-dealer yang berbeda dengan pertukaran terpusat.
Selain itu penjajakan hubungan bilateral dan LNG dengan negara lain, menjadi strategi yang ditempuh Securing Energy for Europe (Sefe), yang semula bernama Gazprom Germania.
Pada 2023, Sefe berencana mendapatkan 20 persen dari portofolionya dalam bentuk LNG dan telah melakukan pengajuan pertanyaan dengan beberapa mitra dagangnya.
Pembangunan terminal LNG terapung
Akibat penghentian pasokan gas dari Rusia, secara tidak langsung membuat Jerman tak memiliki terminal penerimaan LNG. Alhasil, Jerman pun membangun terminal LNG terapung (FSRU). Dua terminal LNG terapung yang berada di Brunsbuettel dan Wilhemshavenbakal siap menampung gas pada akhir tahun 2022, mendatang. Sementara dua terminal LNG terapung lainnya akan segera beroperasi di Stade dan Lubmin. Keempat terminal LNG terapung itu akan memiliki total kapasitas 22,5 bcm.
Adapun FSRU kelima rencananya bakal beroperasi pada musim dingin 2023/2024, nanti. Sementara itu rencana jangka panjang Jerman yakni membangun terminal LNG di darat dengan tujuan menerima gas, hidrogen bebas karbon dan amonia.