Jakarta, 26 Oktober 2022 – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN), mengembangkan teknologi iradiasi gamma sebagai upaya mendukung program pemerintah terkait ekspor hasil pertanian dan perikanan.
Brin melaksanakan kegiatan Expert Mission International Atomic Energy Agency (IAEA) yang dimaksudkan untuk supervisi dan review fasilitas iradiator gamma di ORTN – BRIN di bawah program IAEA TC INS 5045 dengan tema Strengthening Food Security Through Improvement of Food Safety for Exports Using Gamma Irradiators and Electron Beams.
Permasalahan ekspor produk perikanan dan pertanian di Indonesia membuat riset terkait cara mengawetkan komoditas di sektro pertanian dan perikanan terus dikembangkan. Salah satunya terkait penggunaan teknologi iradiasi gamma.
Iradiasi gamma merupakan sebuah teknologi pengolahan pangan yang bertujuan menurunkan jumlah mikroba patogen dengan cara merusak DNA pada bakteri tersebut tapi tanpa menyebabkan perubahan sensoris dalam produk tersebut sebagaimana dilansir dari Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 (2015).
- Advertisement -
Guna memaksimalkan penggunaan teknologi iradiasi gamma, diperlukan pula penyimpanan beku agar menghambat kegiatan enzim dan reaksi kimia dalam sel bakteri sehingga mencegah bakteri memperbaiki DNA setelah melalui proses iradiasi.
“Teknologi iradiasi dapat mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan perlakuan fitosanitari (phytosanitary irradiation treatment, red.). Perlakuan fitosanitari menggunakan iradiasi gamma kini menjadi pilihan pengendalian yang dinilai lebih aman bagi lingkungan,” ujar Kepala Pusat Riset Teknologi Prosesi Radiasi BRIN, Irawan Sugoro, melalui keterangan tertulis.
“Expert Mission IAEA ini dilakukan untuk mendapatkan technical assistance dan rekomendasi dari tenaga ahli yang kompeten di bidang iradiasi. Tujuannya agar meningkatkan riset dan pemenuhan persyaratan fasilitas iradiasi dalam mendukung ekspor hasil pertanian dan perikanan Indonesia,” tambahnya.
Menurutnya, kegiatan ini juga merupakan bagian dari supervisi dan review fasilitas iradiasi di BRIN untuk persiapan ekspor. Fasilitas iradiasi tersebut yaitu iradiator riset yang berada di KST G.A. Siwabessy serta Iradiator Gamma Merah Putih (IGMP) yang berada di KST B.J. Habibie. “Review meliputi telaah secara menyeluruh kelayakan iradiator, pemeliharaan, dosimetri, manajemen mutu dan implementasi ISO 14470 and ISO 11137,” katanya.
Irawan menjelaskan, penggunaan teknologi iradiasi gamma menjadi salah satu cara meningkatkan mutu produk perikanan dan pertanian agar lebih tahan lama. Proses sterilisasi dengan radiasi merupakan upaya menghilangkan bakteri atau jamur penyebab busuk dalam produk perikanan ataupun pertanian.
“Iradiasi untuk sterilisasi dan pengawetan hasil pertanian dan perikanan memiliki beberapa kelebihan, yaitu daya tembus yang tinggi sehingga efektif membunuh hama tersembunyi, tidak meninggalkan residu yang berbahaya bagi konsumen, praktis karena radiasi dapat diterapkan pada komoditas yang ada dalam kemasan, terhindar dari reinfestasi hama, serta dapat menunda kematangan pada buah-buahan,” tandasnya.
Tenaga ahli IAEA, Yves Henon mengungkapkan pentingnya memiliki standar yang baik dari segi fasilitas maupun dalam hal manajemen dan kualitas layanan. “Yaitu dengan memenuhi standar ISO, salah satunya ISO 9001. Kita bekerja berdasarkan standar, dan kita menjadikan standar tersebut sebagai kebiasaan kita. Salah satu yang penting adalah pendokumentasian yang baik dan terkontrol,” tukas Henon.
“Untuk memenuhi standar IS0, sebagai organisasi harus memiliki sistem kerja yang dapat mengidentifikasi masalah, baik yang terjadi maupun yang belum. Memastikan bahwa suatu masalah teridentifikasi dan terselesaikan dapat mengidentifikasi akar masalah utama, agar bisa dicegah ke depannya,” lanjutnya.
Pengembang Teknologi Nuklir Ahli Pertama BRIN, Adam Tirta Kusuma sekaligus Person in Charge (PIC) fasilitas iradiator gamma KST G.A. Siwabessy memaparkan status terkini iradiator gamma milik BRIN. Sedangkan perwakilan dari PT Ion Merah Putih, Dirsani Gustam memaparkan status terkini IGMP yang berada di KST B.J. Habibie.
“Saat ini BRIN bermitra dengan PT Ion Merah Putih dalam pengoperasian IGMP. Berdasarkan data Juli hingga September 2022, 70% pelayanan IGMP digunakan untuk makanan kering, bumbu, dan herbal. Sementara 30% lainnya digunakan untuk farmasi, pengemasan, alat kesehatan, makanan laut beku, dan kosmetik,” ujar Dirsani.