Jakarta, 12 November 2022 (SAHITYA.ID) – Dua kampus terkemuka di Jawa Barat, Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung menjalin kerja sama terkait pengembangan pertambangan batu bara dengan PT Bukit Asam, Tbk.
Pengembangan batu bara ini diklaim akan ramah terhadap lingkungan.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
Unpad menjalin kerja sama dengan Bukit Asam melalui penandatanganan Nota Kesepahaman yang dilaksanakan di Intercontinental Hotel, Kota Bandung, Jumat (11/11/2022).
- Advertisement -
Penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut dilakukan Rektor Unpad, Rina Indiastuti dengan Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail.
Acara tersebut juga dihadiri sejumlah direksi dan pimpinan Bukit Asam serta pimpinan dan dosen di lingkungan Unpad.
Mengutip siaran pers Unpad, Arsal mengatakan, sebagai entitas BUMN, Bukit Asam tidak ingin sekadar sebagai perusahaan tambang batu bara belaka. Namun, juga turut berkontribusi dalam menciptakan masa depan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Karena itu, kerja sama dengan Unpad difokuskan pada pengembangan sosial kemasyarakatan serta pengembangan produk turunan dari batu bara untuk mewujudkan Indonesia zero emisi pada 2060 mendatang.
Di sektor sosial, kata Arsal, Bukit Asam mendorong kontribusi Unpad dalam memperhatikan lingkungan. Pihaknya tidak ingin menjadikan suatu wilayah menjadi ‘kota mati’ tatkala Bukit Asam menghentikan proses penambangan dan pindah ke wilayah lain.
Melalui Unpad, ia mendorong ada riset bagaimana menghidupkan sektor UMKM di wilayah eks tambang Bukit Asam. Upaya ini akan mewujudkan komitmen Bukit Asam dalam memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan di wilayah tambang.
“Kami tidak ingin setelah ditinggalkan menjadi kota mati. Mudah-mudahan ada perspektif sehingga batu bara bisa memberikan nilai tambah,” ujar Arsal.
Sementara di bidang pengembangan produk turunan, saat ini Bukit Asam membidik pengembangan quantum dots atau partikel semikonduktor yang dikembangkan dari material batu bara. Riset ini dilakukan bersama Pusat Unggulan Institusi Perguruan Tinggi (PUI PT) Nanopowder Fungsional Unpad.
“Pengembangan ini sangat berguna bagi industri yang menggunakan bahan semi konduktor. Ini yang kita harapkan dari perguruan tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Unpad mengapresiasi langkah Bukit Asam untuk menjalin kerja sama dengan Unpad. Menurutnya, upaya mengurangi emisi karbon dari pertambangan batu bara selaras dengan apa yang sudah dicanangkan Unpad melalui Pola Ilmiah Pokok bertajuk Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional.
Untuk itu, kerja sama dengan Unpad tidak hanya dilakukan pada sektor sosiohumaniora, tetapi juga dapat dilakukan di sektor energi.
“Kami terus menerus melakukan riset dan inovasi. Kami punya PIP dan kami banyak melakukan riset di bidang energi, salah satunya di bidang nanoteknologi,” kata Rina.
Sementara di sektor sosiohumaniora, Unpad siap membantu Bukit Asam untuk meningkatkan dukungan masyarakat dalam mewujudkan pertambangan ramah lingkungan yang dikomitmenkan Bukit Asam.
“Unsur sosiohumaniora penting, jika ingin melakukan perubahan ke zero emisi, tanpa dukungan masyarakat perubahan itu tidak akan berlangsung cepat,” ujar Rina.
Sementara, ITB menjalin nota kesepahaman dengan PT Bukit Asam Tbk terkait kerja sama riset dan pengembangan dalam rangka pengkajian dan penerapan teknologi di bidang energi dan industri.
Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB Muhamad Abduh mengatakan, kerja sama dengan PT Bukit Asam merupakan perpanjangan MoU yang sebelumnya sudah terjalin.
Menurut Abduh, membangkitkan paradigma batu bara yang tadinya tidak ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan maka dibutuhkan inovasi.
ITB memiliki 32 pusat penelitian yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Ilmu dan Teknologi (LPIT). Salah satu pusat penelitian yang berkaitan dengan batu bara ada di ITB, yaitu pusat unggulan Iptek Carbon Capture, Utilization, and Storage.
Keberadaan PUI tersebut tidak lain merupakan wujud kontribusi ITB dalam mencapai target net zero emission pada 2060.
“ITB akan mencoba dari berbagai kekuatan ITB baik itu dari pendidikan, penelitian, maupun pengabdian masyarakat untuk bisa mendukung upaya tersebut (net zero emission). Semoga MoU ini bisa menghasilkan kerja sama yang implementatif dan juga kolaboratif yang lebih luas,” ujarnya dikutip dari laman resmi ITB.
Adapun ruang lingkup dari kerja sama ITB-Bukit Asam di antaranya, ITB dan PT Bukit Asam sepakat untuk melakukan riset dan pengembangan, kajian teknologi energi dan industri berbasis batu bara juga energi baru terbarukan.
Selain itu juga disepakati melakukan pendampingan memberikan masukan dalam pengkajian, pemilihan dan penerapan teknologi energi dan industri, serta kegiatan lain yang disepakati.