Jakarta, 28 Oktober 2022 – Penggunaan teknologi lampu efisiensi tinggi terus didorong oleh pemerintah. Hal itu merupakan bagian dari pengurangan dampak emisi gas rumah kaca (GRK) yang bisa membuat suhu bumi kita terus meningkat.
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konsevasi Energi (EBTKE), melalui Direktorat Konservasi Energi berkolaborasi dengan Uniter Nations Development Programme (UNDP) dan United Nations Environment Prigramme (UNEP) menggagas proyek Advancing Indonesia’s Lighting Market to High Efficient Technologies (ADLIGHT), di mana proyek tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan teknologi lampu yang memiliki efisiensi tinggi seperti lampu jenis LED.
[inline_related_posts title=”Kamu juga mungkin tertarik membaca ini:” title_align=”left” style=”list” number=”6″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
“Penggunaan peralatan rumah tangga yang efisien energi misalnya lampu LED merupakan salah satu upaya konservasi energi. Implementasi lampu LED, baik lampu outdoor untuk Alat Penerangan Jalan (APJ) maupun lampu indoor untuk sektor komersil dan rumah tangga,” kata Koordinator Pengawasan Konservasi Energi Direktorat Konservasi Energi, Endra Dedy Tamtama, Kamis, 27 Oktober 2022.
- Advertisement -
Menurutnya, banyak sekali lampu LED bekualitas rendah dengan harga sangat murah yang dapat ditemui di pasaran. Harga murah tersebut menarik minat konsumen, apalagi dengan banyaknya varian yang beragam dan tentu saja memiliki nilai estetika karena bentuknya yang menarik. Namun, yang jarang atau malah hampir tidak pernah disadari oleh pembeli adalah bahwa lampu-lampu dengan harga murah tersebut memiliki kualitas yang sangat buruk sehingga pada akhirnya biaya energi listrik untuk lampu tersebut justru menjadi lebih besar.
Harga lampu LED impor yang sangat murah tersebut juga berdampak buruk bagi produsen lampu dalam negeri karena produsen dalam negeri menjadi sulit bersaing dengan harga lampu impor yang sangat rendah.
Kementerian ESDM telah menerbitkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 135.K/EK.07/DJE/2022 tentang Standar Kinerja Energi Minimum dan Label Tanda Hemat Energi untuk Peralatan Pemanfaat Energi Lampu Light-Emitting Diode (LED).
“Dengan adanya regulasi ini, lampu-lampu LED impor berkualitas buruk yang dijual dengan harga sangat murah tidak akan bisa masuk ke Indonesia sehingga ekosistem harga pasar lampu LED dapat tetap terjaga dan pada akhirnya produsen dalam negeri dapat terus bersaing,” kata Endra.
Ia mengungkapkan pmerintah terus berupaya mencapai target penurunan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030 terhadap skenario business as usual dengan usaha sendiri dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 41% % pada tahun 2030 terhadap skenario business as usual dengan bantuan internasional. Khusus sektor energi, angka ini diterjemahkan menjadi penurunan emisi sebesar 314 juta ton CO2e pada tahun 2030. Sampai dengan tahun 2021, realisasi penurunan emisi gas rumah kaca sektor energi mencapai 70 juta ton CO2e.
“Tugas besar ini tidak akan mungkin tanpa kerjasama yang baik dari semua pihak dan dengan dukungan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terkait dengan mitigasi perubahan iklim dan upaya riil dan konsisten dari segenap pihak dalam menekan penggunaan energi, menjaga kesinambungan lingkungan serta mengurangi emisi gas rumah kaca,” tandasnya.
Endra menyanjung tim proyek ADLIGHT karena melakukan pengembangan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan Label Tanda Hemat Energi (LTHE) untuk Lampu LED, menyusun road map lampu LED, mendukung upaya transformasi bisnis pada produsen LED, dan mengupayakan pembiayaan inovatif untuk mendorong investasi pada industri lampu dan implementasi sistem tata cahaya berbasiskan efisiensi energi, termasuk mendorong pemanfaatan lampu LED produksi dalam negeri pada sektor publik melalui proyek percontohan di beberapa kota dan kabupaten di Indonesia.
Dirjen EBTK turut mengajak tiga asosiasi perlampuan di Indonesia, yaitu Gabungan Industri Manufaktur Lampu Terpadu Indonesia (Gamatrindo), Anggota Asosiasi Luminer Indonesia (ALINDO), dan Anggota Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (APERLINDO). Ketiga asosiasi ini konsisten mengembangan industri lampu berkualitas hemat energi untuk dapat menyampaikan informasi produk lampu efisien energi yang diproduksi oleh tangan tangan anak bangsa terbaik di tanah air ini. Selain itu, disediakan pula contoh produk serta informasi produk lampu LED dalam negeri yang beredar di pasaran.
National Project Manager ADLIGHT, Nasrullah Salim mengatakan Proyek ADLIGHT bertujuan untuk mengatasi hambatan kelembagaan, kesadaran, teknis dan model bisnis untuk mempromosikan peningkatan penyebaran teknologi pencahayaan efisiensi tinggi (LED) di Indonesia, sehingga mengurangi konsumsi listrik dan emisi gas rumah kaca (GRK).
“Kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian dari kegiatan komponen 3 Proyek ADLIGHT. Adapun tujuan sosialisasi ini antara lain memperkenalkan merk lampu LED produksi dalam negeri yang berkualitas tinggi, membantu mewujudkan industri lampu LED nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan membantu mendekatkan lampu LED produksi dalam negeri melalui pameran pada booth yang tersedia,” katanya.