Jakarta, 30 Oktober 2022 (SAHITYA.ID) – PT PLN (Persero) bekerjasama dengan Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) dan Comestoarra bergerak mengurangi sampah Jakarta dengan mengolahnya menjadi bahan baku cofiring.
PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya dapat mereduksi 2,1 ton sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang dalam kurun waktu 2 minggu. Sampah organik 2,1 ton dapat diolah menjadi 461 kg bahan bakar jumputan padat untuk cofiring pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
[inline_related_posts title=”Kamu juga mungkin tertarik membaca ini:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
Cofiring merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU.
- Advertisement -
[inline_related_posts title=”Kamu juga mungkin tertarik membaca ini:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
General Manager PLN UID Jakarta Raya Doddy B. Pangaribuan menjelaskan bersama GCB dan Comestoarra, PLN mengimplementasikan metode Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang merupakan metode alternatif dalam pengelolaan sampah.
“Ke depannya, pengolahan sampah menjadi EBT akan lebih besar lagi karena sebanyak 17 Unit Pelaksana di lingkungan PLN UID Jakarta Raya,” ujarnya.
Menurutnya melalui program TOSS ini berpotensi mereduksi sampah organik dan residu biomassa sebesar 150 ton per tahun. Pihaknya berharap, langkah kecil ini dapat menginspirasi kita semua dalam mencapai Net Zero Emission di Tahun 2060.
Metode TOSS yaitu mengubah sampah organik dan residu biomassa menjadi energi dengan 3 tahapan proses.
Proses pertama yaitu pengeringan sampah organik dan biomassa dengan memanfaatkan boks bambu dan cairan bioaktivator. Dalam waktu 3 sampai 5 hari, sampah akan menyusut hingga 50 persen. Kemudian siap untuk menjadi material energi.
Tahap kedua yaitu pencacahan yang bertujuan untuk menghaluskan material dengan menggunakan mesin pencacah hingga mencapai ukuran 10 mm.
Terakhir, tahap peletisasi yaitu proses memadatkan material menjadi pellet biomassa untuk memudahkan transportasi.
Hasil dari 3 tahapan proses tersebut mampu menghasilkan kalori kurang lebih sebesar 3.300 kilo kalori per kg atau setara dengan batu bara muda dan Pelet tersebut sudah siap digunakan sebagai bahan bakar alternatif di PLTU milik PLN.
PLN juga memanfaatkan kendaraan listrik sebagai kendaraan operasional yang ramah lingkungan dalam pengangkutan sampah dari Unit Pelaksana menuju sentra TOSS yang berada di Gerakan Ciliwung Bersih.
Upaya ini juga menjadi wujud komitmen perseroan terhadap prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.