Jakarta, 7 November 2022 (SAHITYA.ID) – Kebutuhan akan baterai dalam kehidupan sehari-hari kemungkinan akan melonjak seiring populernya penggunaan bermacam barang elektronik bertenaga baterai. Di sektor alat pertukangan saja, kini tengah ramai alat-alat yang menggunakan daya baterai (cordless power tools) sehingga dianggap lebih praktis karena tak perlu ada sambungan kabel untuk mendapatkan daya listrik.
Tidak hanya itu, penggunaan baterai pun pasti dibutuhkan dalam industri gawai. Setiap ponsel yang kita miliki, pasti dibekali dengan sebuah baterai. Bagaimana jadinya, bila ponsel tak memiliki baterai, pasti akan merepotkan bukan.
Belum lagi perkembangan mobil listrik yang juga membutuhkan baterai sebagai wadah penyimpanan sumber energi listriknya. Baterai pada kendaraan listrik (electric vehicle) ibarat jantungnya.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”categories” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
- Advertisement -
Dalam baterai terkandung unsur mineral bernama litium. Apa itu litium dan bagaimana unsur kimia tersebut didapatkan. Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel ini, sahabat Sahitya.id.
Dikutip dari berbagai sumber, litium merupakan salah satu unsur kimia dalam tabel periodik bersimbulkan Li. Unsur litium termasuk dalam logam alkali dengan warna putih. Litium suda ditemukan sejak 200 tahun yang lalu.
Nama litium berasal dari bahasa latin, yakni lithos, karena unsur ini ditemukan dari unsur bebatuan mineral. Litium berbeda dengan jenis alkali lainnya seperti sodium (Na) dan Potassium (K) yang dihasilkan dari reaksi elektrolisis.
Berdasarkan KBBI daring, litium didefinisikan sebagai logam berwarna abu-abu perak yang ditemukan oleh J. A. Arfvedson pada th 1817. Litium lebih keras daripada natrium, tetapi lebih lunak daripada timbal, ulet dan dapat dibuat kawat atau dijadikan lembaran; unsur dengan nomor atom 3, berlambang Li, dan bobot atom 6,94.
Litium tidak hanya dimanfaatkan dalam industri pembuatan baterai, unsur yang satu ini ternyata dimanfaatkan pula dalam dunia kedokteran di mana litium dijadikan salah satu bahan dalam pegobatan penyakit bilolar.
Penggunaan litium dalam berbagai industri disinyalir akan membuat permintaan mineral yang satu ini mengalami lonjakan dan harganya bakal semakin melambung. Permintaan litium pada 2025 ditaksir akan emnyentuh angka 500 ribu ton per tahun.
Sumber litium
Sumber litium di alam ditemukan dalam air laut, air asin (brine) batuan mineral, dan tanah liat (clay). Namun, untuk mendapatkan litium, membutuhkan teknologi berbeda yang digunakan, tergantung dari sumber litium tersebut didapatkan.
Pasalnya, masing-masing sumber litium memiliki karakteristik unik, sehingga teknologi yang digunakan pasti berbeda. Proses yang dipakai untuk mengolah litium dari air asin, air laut ataupun sumber air panas bumi cenderung sama.
Namun, untuk mengolah litium yang bersumber dari tanah liat harus memiliki proses tambahan ekstraksi dengan air sebelum akhirnya bisa diolah menggunakan teknologi yang sama seperti litium di air laut ataupun brine.
Negara penghasil litium terbanyak
Cadangan litium dunia yang diketahui kini sebesar 14 juta ton dengan Chili sebagai negara yang terbesar penghasil litium. Berikut ini merupakan 4 negara penyuplai litium terbesar saat ini, sebagaimana dikutip dari Jurnal Rekayasa Hijau Volume 5 (2021):
1. Chili
Negara di Amerika latin ini memiliki cadangan litium mencapai 7,5 juta ton, menjadi yang terbesar untuk saat ini.
2. Cina
Negeri Tirai Bambu memiliki cadangan litium 3,2 juta ton. Selain itu, China memainkan peranan penting dalam industri baterai dunia.
3. Argentina
Selain banyak menelurkan pesepak bola hebat macam Diego Maradona hingga Lionel Messi, negara kelahiran Che Guevara ini ternyata memiliki cadangan litium cukup besar yakni sebanyak 2 juta ton.
4. Australia.
Negeri Kangguru pun menjadi salah satu kawasan penghasil litium terbesar di dunia. Di mana, negara ini memiliki cadangan litium sebesar 1,6 juta ton.
Bagaimana dengan Indonesia
Meskipun Indonesia tidak masuk dalam jajaran negara dengan cadangan litium melimpah, tapi empat jenis sumber daya alam yang mengandung litium melimpah ruah di negara kita.
Melansir dari CNBC, Satryo Soemantri Brodjonegoro, Penasihat Khusus Menteri bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri Kemenko Kemaritiman, menyebut logam litium memang belum dimiliki Indonesia.
Namun, kata dia, unsur logam tersebut berpotensi ada di daerah Tikus, Bangka Belitung, Hatapang, Pegunungan Tiga Puluh, Aceh dan Sumatera dengan catatan perlu survey lebih terinci.
“Kami harap ESDM juga fokus pada lithium, nikel yang potensi untuk pengembangan baterai,” kata Satryo.