Jakarta, 22 Oktober 2022 – Laporan baru International Energy Agency (IRENA) dan Kementerian ESDM menyebutkan, emergi terbarukan dinilai lebih hemat biaya dibanding tetap bergantung pada bahan bakar fosil. Sayangnya, energi baru terbarukan (EBT) belum banyak dimanfaatkan di Indonesia.
Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera menuturkan, dengan populasi Indonesia yang diproyeksi mencapai 335 juta orang selama tiga dekade mendatang, permintaan listrik diperkirakan tumbuh setidaknya lima kali lipat menjadi lebih dari 1.700 terawatt jam (TWh) dari tingkat saat ini.
Untuk memenuhi permintaan itu, laporan bersama ini merekomendasikan untuk meningkatkan sumber daya utama yang terbarukan seperti surya, bioenergi, panas bumi.
“Indonesia dapat menetapkan dirinya pada jalur menuju net zero emissions dengan biaya lebih rendah daripada alternatif yang ada, asal pemerintah menerapkan langkah-langkah seperti yang direkomendasikan dalam Outlook, dan mendapat dukungan internasional yang dibutuhkan,” kata Francesco melalui keterangan tertulis, Sabtu (22/10/2022).
- Advertisement -
Dalam Outlook ini, selama periode hingga 2050 menurut skenario rencana energi, Indonesia membelanjakan USD 10,7 triliun untuk sistem energi. Sementara dengan skenario 1,5 derajat (1,5-S), negara hanya akan menghabiskan USD 10,1 hingga USD 10,3 triliun.
Karena itulah, merencanakan sistem energi di jalur 1,5 derajat secara keseluruhan lebih murah, menghemat antara USD 400 miliar hingga USD 600 miliar secara kumulatif hingga 2050.
Outlook tersebut juga memaparkan dalam 1,5-S, biaya bahan bakar dan listrik yang digunakan di semua sektor penggunaan akhir mencapai lebih dari USD 7 triliun untuk periode hingga 2050. Angka ini setara dengan 69 persen dari total biaya sistem energi.
Di dalam Outlook ini terdapat tiga skenario dekarbonisasi untuk sistem energi Indonesia yang keseluruhan skenario menghasilkan total biaya sistem energi yang lebih rendah dibanding skenario energi yang direncanakan pemerintah.
“Transisi energi sangat penting bagi Indonesia, dan kami berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca dan telah berjanji mencapai target Net Zero Emissions (NZE) yang akan dicapai pada 2060 atau lebih cepat,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif.