Jakarta, 7 November 2022 (SAHITYA.ID) – Melesatnya perkembangan kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) membuat industri baterai terus mengalami perkembangan. Namun, isu yang muncul kemudian adalah terkait ketidakpastian pasokan lithium dunia sebagai bahan baku dalam pembuatan baterai.
Alhasil, bahan kimia untuk baterai alternatif menjadi salah satu temuan yang bisa melanjutkan perkembangan kendaraan listrik juga industri gadget. Berbagai riset terus dilakukan guna menemukan bahan baku alternatif dalam rangkaian teknologi baterai.
Teranyar, riset terkait penggunaan natrium dalam teknologi baterai menjadi kandidat penting industri yang satu ini bisa menjadi alternatif baterai umum yang menggunakan lithium.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”categories” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
- Advertisement -
Tim peneliti Rusia, baru-baru ini berhasil mengembangkan jenis baterai baru yang diklaim mampu menawarkan keunggulan dibandingkan dengan baterai lithium. Baterai natrium-ion tersebut diyakini memiliki kepadatan energi-tingkat denistas, yang lebih bagus dan lebih tahan terhadap suhu rendah.
Pengembangan baterai berbahan alkali natrium tersebut mendapat perhatian khusus karena bisa menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan dari generasi baterai lithium-ion. Selain bahan baku yang cenderung melimpah, biaya elemen baterai natrium pun cenderung lebih rendah.
Cara kerja baterai ini kurang lebih sama dengan baterai lithium, di mana mampu memantulkan ion di antara sepasang elektroda melalui elektrolit cair. Penelitian terbaru di Skoltech dan Lomonosov Moscow State University, tengah berfokus pada elektroda negatif, yang biasa disebut sebagai katoda.
Penelitian tersebut berhasil mengembangkan bahan katoda baru dan bahan yang diklaim bisa memberikan keuntungan signifikan karena mampu menyimpan energi listrik jauh lebih banyak dibandingkan baterai pada umumnya.
Konstruksi baterai terbuat dari natrium-vanadium fosfat fluorida. Unsur tersebut pun sedang diteliti dan dieksplorasi di tempat lain. Peneliti meyakini bahwa penemuan mereka merupakan langkah yang besar di dunia baterai.
“Baik bahan baru kami dan yang baru-baru ini digunakan industri disebut natrium-vanadium fosfat fluorida – mereka terbuat dari atom dari unsur yang sama,” ujar Stanislav Fedotov, penulis studi dari Skoltech, dilansir dari NewAtlas.com
“Yang membuat mereka berbeda adalah bagaimana atom-atom itu diatur dan dalam perbandingan berapa mereka terkandung dalam senyawa,” tambahnya.
Menurut Fedotov, tim peneliti telah menguji baterai natrium-ion tersebut yang dibentuk serupa sel koin. Mereka menemukan bahan tersebut menghasikan peningkatan kepadatan energi sebesar 15 persen dibanding dengan desain baterai pada umumnya.
Fedotov pun menyebutkan baterai natrium-ion tersebut lebih mampu bertahan di iklim yang lebih dingin. Hal ini menjadi kelebihan lain dari baterai temuan mereka.
“Kapasitas penyimpanan energi yang lebih tinggi hanyalah salah satu keuntungan dari bahan ini. Ini juga memungkinkan katoda beroperasi pada suhu sekitar yang lebih rendah, yang sangat relevan untuk Rusia,” ujarnya.
Para ilmuwan mengungkapkan perlua ada penelitian lebih lanjut tentang jenis bahan ini, tetapi dengan penelitian lebih lanjut mereka melihat baterai ini digunakan pada kendaraan listrik berat seperti bus dan truk. Baterai natrium-ion pun sangat cocok digunakan sebagai penyimpan energi listrik di struktur pembangkit listrik tenaga angin ataupun surya.