Jakarta, 21 Oktober 2022 – Paris Agreement 2015 menelurkan kebijakan bagi seluruh negara agar bisa mencapai nol emisi karbon alias net zero emissions (NZE) pada 2060n mendatang. Hal itu sebagai respon dari krisis lingkungan yang akan berdampak pada pemanasan global.
Termasuk Indonesia, diwajibkan untuk melakukan upaya dekarbonisasi agar target nol emisi karbon pada 2060 bisa tercapai. NZE bisa dimaknai sebagai kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Alhasil, efek yang disebabkan kondisi itu yakni perubahan iklim, termasuk pemanasan global.
Alhasil, guna mencapai nol emisi karbon, diperlukan berbagai strategi unggul agar emisi karbon yang terlepas ke atmosfer tidak luber dan masih di ambang batas wajar. Perlu adanya transisi energi dari yang saat ini digunakan menuju sistem energi yang lebih bersih agar kondisi tetap seimbang antara aktivitas manusia dengan keseimbangan alam.
Solusi lain yang dipercaya ampun untuk menyokong dekarbonisasi yakni dengan pengembangan hidrogen hijau. Manajer of Energy Environment Project CBS Engineering and Consulting, PT. Cagar bentara Sakti, Aji Seyawan menjelaskan terkait konsep green hydrogen.
- Advertisement -
Hidrogen hijau yakni, hidrogen yang dihasilkan dari energi terbarukan atau bersumber dari tenaga rendah karbon. Dibandingkan dengan hidrogen abu-abu, jenis hidrogen yang satu ini dianggap lebih rendah karbon. Hidrogen abu-abu dihasilkan dari energi uap gas alam. Hidrogen ini masih menduduki peringkat teratas di pasar hidrogen di dunia.
Menurut Aji, meski riset-riset baru terkait hidrogen hijau ini sudah banyak dilakukan, tapi masih terdapat berbagai tantang guna mencapai target nol emisi karbon. Ia menyebutkan sudah waktunya Indonesia menempuh upaya mitigasi perubahan iklim melalui rute 1.5 derajat celsius, alias NZE.
Tantangan yang mengemuka kemudian dalam rute NZE tersebut yakni melakukan reduksi emisi karbon, yang sebetulnya tidak hanya cukup dilakukan oleh proyek listrik berbasis energi terbarukan saja. Hidrogen hijau, kata dia, menjadi tumpuan utama dalam transisi energi menuju pencapaian target nol emisi karbon.
Hidrogen merupakan unsur yang paling melimpah di alam semesta, tapi di bumi ditemukan sebagau senyawa. Hidrogen berbentuk gas yang tidak berwarna dan berbau, sifat hidrogen ini mendidih pada suhu -253 derajat celsius.
Menurut Aji, hidrogen bisa dijadikan bahan bakar dengan kandungan energi tertinggi, densitas volume terendah, juga memiliki daya apung paling tinggi. Hidrogen pun merupakan bahan pereduksi yang sangat egektif untuk industri proses.“Demand hidrogen didominasi oleh sektor industri, mencapai persentase 90 persen,” kata Aji dikutip dari laman ITB.
Berdasarkan skenario rute NZE, hidrogen dan turunannya ditargetkan bisa menyumbang 12 persen dari penggunaan energi final dunia. Sebanyak dua pertiga dari total permintaan tersebut akan dipenuhi oleh hidrogen hijau. “Selain itu, 30 persen dari penggunaan listrik di dunia akan didedikasikan untuk produksi Green Hydrogen dan turunannya,” katanya.
Basis produksi dari hidrogen hijau ini merupakan energi terbarukan yang diolah dengan energi elektrolisis. Hidrogen hijau dapat dimanfaatkan dalam berbagai jenis industri. Mulai dari industri kimia, baja, kilang minyak, juga untuk bahan bakar berbagai moda transportasi.