Para ilmuwan sejarah, arkeolog, serta pembesar Yunani menetapkan 3 Mei sebagai hari surya sedunia. Penempatan tanggal ini didasari oleh peran matahari yang begitu besar untuk bumi dan kehidupan manusia.
Sinar matahari menghasilkan energi pancaran. Dengan menggunakan berbagai jenis mesin, energi pancaran ini dapat ditangkap, disimpan, dan diolah untuk membentuk jenis energi lain yang dapat digunakan, sesuai kebutuhan kita.
Tenaga surya mengacu pada prosedur menghasilkan tenaga mekanik, listrik atau kimia dari sumber energi matahari.
Cerobong surya, pemanas surya, sel fotovoltaik (PV) dan panel surya atap adalah beberapa perangkat yang dapat mengolah dan memanfaatkan energi matahari. Di antara perangkat ini, panel surya atap memiliki berbagai keunggulan, dan karena umumnya lebih disukai daripada bentuk atap lain yang biasa terlihat.
- Advertisement -
Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau akrab kita kenal dengan PLTS merupakan pembangkit listik yang memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan energi listrik. Matahari dikatakan sebagai sumber energi yang ketersediaan melimpah dan tidak terbatas, maka dari ini hal tersebut unggul dibanding penghasilan energi dengan menggunakan bahan bakar fosil.
Pemanfaatan energi surya sudah ada sejak abad ke-7 sebelum masehi, bahkan disebutkan pada masa itu matahari menjadi suatu objek yang dihormati dan dipuja.
Berdasarkan catatan sejarah, teknologi panel surya bahkan sudah ada di abad ke-18, tepatnya pada 1839 di mana seorang ahli fisika asal Perancis bernama Alexandre Edmund Becquerel pertama kali mencetuskan teknologi panel surya dengan mengaplikasikannya menjadi energi listrik.
Edmond menemukan efek fotovoltaik saat melakukan eksperimen dengan sel yang terbuat dari elektroda logam dalam larutan konduktor. Dalam eksperimen tersebut, ia menemukan sebuah sel yang menghasilkan lebih banyak listrik ketika terkena cahaya.
Selanjutnya pada 1873, Willoghby Smith menemukan senyawa kimia yang bernama selenium yang dapat berfungsi sebagai fotokonduktor. Berselang tiga tahun kemudian, William Grylls Adams dan Richard Evans Day menerapkan prinsip fotovoltaik yang ditemukan oleh Becquerel pada selenium.
Kemudian pada 1883, hampir 50 tahun setelah penemuan efek fotovoltaik penemu Amerika Charles Fritz menciptakan panel surya selenium pertama dan berhasil menghasilkan listrik. Yang mana panel surya selenium itulah yang menjadi cikal bakal dari adanya penggunaan silikon dalam panel surya modern.
Pada dasarnya, banyak fisikawan yang berperan dalam penemuan sel surya. Becquerel dikaitkan dengan pengungkapan potensi efek fotovoltaik dan Fritz dengan bener-bener menciptakan nenek moyang semua sel surya.
Lalu pada 1905, Albert Einstein menerbitkan sebuah makalah tentang efek fotolistrik dan bagaimana cahaya dapat membawa energi. Dengan tulisan tersebut Albert Einstein berhasil menarik perhatian dan membuat penerimaan penggunaan energi surya di banyak bidang.
Berlanjut cukup lama, pada tahun 1927, fotovoltaik (tenaga surya) dengan tipe yang baru dirancang menggunakan tembaga dan semi konduktor copper oxide. namun kombinasi ini juga hanya bisa menghasilkan efisiensi masih kurang dari 1%.
Pada 1941, seorang peneliti bernama Russel Ohl berhasil mengembangkan teknolgi sel surya dan dikenal sebagai orang pertama yang membuat paten peranti panel surya modern. Bahan yang digunakannya ketika itu adalah semi konduktor berjenis silicon dan mampu menghasilkan efesiensi berkisar 4%.
Karena para ilmuan sudah mendapat pencerahan dan mulai menemukan hasil, dengan berpatokannya pada teori Enstein, banyak ilmuan dari berbagai negara yang kembali mencoba mengembangkan teori tersebut.
Hingga pada akhirnya, pada 1954 Pihak Bell Laboratories berhasil menemukan lempeng yang sangat tepat untuk digunakan sebagai bahan dasar cikal bakal panel surya. Penemuan yang dilakukan oleh Gerald Pearson, Daryl Chapin, dan Souther Fuller secara tidak sengaja menemukan bahwa silicon yang digabungkan dengan unsur-unsur di dalam logam utama yang dihasilkan dari pross ekstraksi ternyata sensitif terhadap cahaya.
Menariknya, hasil penemuan tiga ilmuan hebat ini yang kemudian menjadi tonggak penggunaan dan pengembangan teknologi panel surya sampai saat ini. Di mana perjalanan tenaga matahari melalui panel surya hingga dapat digunakan memakan waktu yang cukup lama yaitu 115 tahun demi menemukan tonggak awal dari panel surya yang sekarang banyak digunakan dinegara-negara maju.
Hingga di masa modern ini, pemanfaatan energi matahari terus dilakukan. Seperti diketahui, dari pembangkit listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk industri manufaktur, industri makanan dan minuman, otomotif, kesehatan dan lain-lain.
Namun, energi alam yang sangat melimpah di tanah air belumlah dimanfaatkan secara maksimal. Baik dari segi tata aturan, produk, masyarakat Indonesia masih perlu belajar dan memahami bagaimana Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi pembangkit yang ramah lingkungan. Khususnya dalam rangka menjaga bumi ini tetap hijau, karena PLTS diakui sebagai pembangkit yang ramah lingkungan.