Jakarta, 1 November 2022 (SAHITYA.ID) – Sekarang ini hampir seluruh produk elektronik yang beredar di pasar Indonesia memiliki tegangan sebesar 220 volt. Tegangan 220 volt merupakan standar yang digunakan oleh PLN untuk tegangan listrik yang digunakan di seluruh rumah dan bangunan sehingga disarankan peralatan elektronik juga menggunakan tegangan yang sama.
Muncul pertanyaan, apa yang akan terjadi jika produk yang kita gunakan memiliki tegangan atau voltase listrik yang lebih rendah atau lebih tinggi dari 220 volt? Tegangan tersebut akan berpengaruh pada usia pemakaian produk yang kita gunakan.
[inline_related_posts title=”Temukan artikel menarik lainnya di bawah ini:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”categories” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
Jika kita menggunakan produk dengan tegangan yang rendah (misalkan 110 volt), produk tersebut akan menampung tegangan yang lebih besar dari kapasitasnya dan menyebabkan produk cepat rusak.
- Advertisement -
Jika kita menggunakan produk dengan tegangan yang lebih tinggi, maka produk akan bekerja hanya dengan tegangan 220 volt (di bawahnya) dan menyebabkan kinerja produk tidak maksimal sesuai dengan yang diharapkan karena kurangnya tegangan yang diterima.
Di Indonesia sendiri standar listrik PLN memiliki spesifikasi 220 volt sama seperti di kebanyakan negara di dunia kecuali Amerika dan Jepang yang memiliki voltase listrik 100 – 127 volt.
Awalnya hampir semua negara menggunakan voltase listrik 120 volt, namun karena kebutuhan pemakaian listrik yang semakin besar dan kebutuhan untuk mendistribusikan listrik semakin jauh, maka kebanyakan negara mengubah voltase listrik menjadi 220-240 volt.
Untuk diketahui, tegangan atau yang biasa kita lihat dengan 220 volt tidak dapat dikonversikan ke dalam satuan watt. Mengapa?
Watt merupakan satuan dari daya listrik sedangkan volt merupakan satuan dari tegangan listrik. Tentunya keduanya merupakan satuan besaran yang sangat berbeda dan tidak dapat dikonversikan.
Meski begitu, keduanya memiliki hubungan yang dapat dirumuskan dengan kuat arus sehingga menghasilkan jumlah daya listrik suatu produk.
Jadi apabila kamu ingin mengetahui besaran watt yang terdapat pada suatu produk berdasarkan tegangan dan arus, maka kamu akan menemukan jawabannya.
Jika terdapat nilai kuat arus yang mengalir pada suatu produk (yang biasa di sebut dengan satuan ampere), kita dapat menghitung besarnya daya listrik sesuai dengan nilai kuat arus yang mengalir.
Apakah PLN bisa menggunakan 110 volt? Dahulu, tegangan masih bisa menggunakan 110 volt karena PLN hanya melayani area kota. Sementara masyarakat pinggiran masih menggunakan cempor atau obor.
Sekarang, pemerintah ingin agar seluruh rakyatnya dapat menikmati listrik atau istilahnya melakukan pemerataan. Meski area yang hendak dicakup sangatlah luas.
Perbedaan 200 V dan 100 V
Tegangan 220 volt lebih tinggi dari tegangan 110 volt. Semakin tinggi tegangan akan mampu ‘menembus’ hambatan kawat yang lebih besar.
Hambatan kawat akan semakin besar bila kawat penghantar (kabel distribusi) semakin panjang. Maka, dengan menggunakan tegangan 220 V, panjang kawat bisa dibuat lebih panjang lagi.
Karena itu, 220 volt adalah tegangan yang lebih baik dibanding 110 volt untuk mengatasi kendala jarak distribusi yang terlalu jauh pada saat ini.
Secara umum, daya listrik rumah berkisar antara 450 VA, 900, VA, 1300 VA, 2200 VA, 3500 VA sampai 6600 VA.
Sistem 220V 50 Hz sendiri banyak digunakan negara di dunia. Sehingga kita lebih mudah dalam mengimpor atau mengekspor alat-alat listrik dengan sistem ini.