Jakarta, 7 November 2022 (SAHITYA.ID) – Daerah-daerah di Indonesia memiliki bermacam julukan. Kota Bogor misalnya, dijuluki sebagai kota hujan lantaran wilayah itu kerap turun hujan sepanjang tahun.
Hal yang sama juga berlaku bagi Lhokseumawe. Sebuah kota di Provinsi Aceh yang berada di lintas pantai timur antara Banda Aceh dan Medan ini bahkan punya julukan Petro Dollar.
Julukan itu dibuktikan dari banyaknya cadangan gas alam dan aktivitas kinerja dari ekspor tersebut. Akhirnya, Lhokseumawe mendapat julukan sebagai kota Petro Dollar.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”categories” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
- Advertisement -
Lhokseumawe sendiri memiliki luas wilayah 181 km persegi dengan jumlah penduduk lebih dari 203.000 jiwa. Kota ini awalnya merupakan ibukota dari Kabupaten Aceh Utara.
Namun, sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 2 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe, Lhokseumawe resmi menjadi kota administrasi sendiri yang terpisah dari Kabupaten Aceh Utara.
Sebagai kota penghasil gas di Provinsi Aceh, pertambangan gas di Lhokseumawe bermula saat Pertamina menggandeng Mobil Oil untuk melakukan observasi sumber minyak pada 1968.
Kontrak bagi hasil tersebut berhasil menemukan ladang gas alam di Arun, tepatnya pada 24 Oktober 1971. Ladang gas Arun menyimpan cadangan gas yang sangat besar, yang saat itu diestimasi sebagai cadangan gas alam terbesar di dunia.
Tidak main-main, ladang gas Arun ditaksir menyimpan cadangan gas mencapai 17,1 triliun kaki kubik. Penemuan ladang gas Arun mendapat perhatian besar dari pemerintah.
Presiden Soeharto kemudian meresmikan PT Arun Natural Gas Liquefaction Co. pada 19 September 1978. Kinerja ekspor dari PT Arun sangat tinggi dan berhasil merajai ekspor gas alam terbesar di dunia pada periode 90-an.
Dari banyaknya cadangan gas dan aktivitas kinerja ekspor tersebut, akhirnya Lhokseumawe mendapat julukan sebagai kota Petro Dollar.
Aktivitas PT Arun Natural Gas Liquefaction Co. dengan cadangan gas alamnya tidak hanya menghasilkan devisa melalui ekspor, tetapi juga menstimulus aktivitas industri lainnya yang bergantung pada gas untuk aktivitas produksinya.
Beberapa perusahaan tersebut antara lain PT Pupuk Iskandar Muda, PT Asean Aceh Fertilizer, dan PT Kertas Kraf Aceh. Aktivitas industri tersebut telah menyerap tenaga kerja sekaligus meningkatkan daya beli masyarakat di Lhokseumawe dan sekitarnya.
Selain kekayaan gas alamnya, Lhokseumawe juga unggul secara komparatif karena dilintasi oleh Garis Komunikasi Laut atau Sea Lines of Communication.
Garis Komunikasi Laut merupakan rute maritim utama antar pelabuhan yang digunakan untuk perdagangan, kebutuhan logistik dan angkatan laut.
Keunggulan tersebut dioptimalisasi dengan baik melalui pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe. KEK Arun Lhokseumawe resmi beroperasi pada 14 Desember 2018 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2017 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo.
KEK Arun Lhokseumawe yang berfokus pada sektor energi, petrokimia, agro industri dan logistik diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di Lhokseumawe dan sekitarnya.
PT Arun Natural Gas Liquefaction atau lebih dikenal dengan PT Arun NGL, adalah perusahaan pengolahan gas alam yang berlokasi di Blang Lancang, Kota Lhokseumawe.
Pada masanya, kilang Arun merupakan salah satu perusahaan penghasil LNG terbesar di dunia. Namun pada akhir 2015, PT Arun sudah berhenti beroperasi seiring menipisnya cadangan gas alam yang menjadi bahan baku utama di perusahaan tersebut.
Saat ini, lokasi produksi PT Arun NGL telah dilakukan decommissioning atau kondisi di mana kegiatan operasi produksi (eksploitasi) migas telah berakhir.
Kegiatan decommissioning ini meliputi pembersihan area produksi PT Arun NGL dari sisa-sisa bahan beracun maupun bahan-bahan berbahaya lainnya. Sehingga tidak membahayakan apabila aset Eks PT Arun NGL dikembalikan ke negara dan dimanfaatkan di masa yang akan datang.
Saat ini, sebagian aset eks PT Arun NGL telah dimanfaatkan oleh PT Perta Arun Gas untuk kegiatan produksi pengolahan gas alam yang tersisa. Selain itu, PT PAG juga memanfaatkan sebagian komplek perumahan untuk tempat tinggal karyawannya.