Jakarta, 14 November 2022 (SAHITYA.ID) – Tari Pendet merupakan suatu tarian tradisional atau tarian penyambutan yang khas dari Bali. Baru-baru ini pun, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden disambut puluhan penari pendet saat tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Minggu (13/11/2022), dalam rangka menghadiri KTT G20.
Tari Pendet biasa ditampilkan dengan busana adat wanita tradisional Bali. Memakai kain dan penutup badan serta beberapa kembang menghias rambut berurai panjang. Bokor yang penuh dengan bunga warna-warni adalah properti satu-satunya tari yang berdurai sekitar 5-6 menit ini.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
Awalnya, Tari Pendet menjadi bagian dari upacara piodolan di pura atau tempat suci keluarga sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan dari masyarakat Bali dalam menyambut kehadiran para dewata yang turun dari Khayangan.
- Advertisement -
Tarian ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehiupan masyarkat di sana. Lalu mengapa Tari Pendet dianggap budaya khas dan seni di Bali?
Tari Pendet memiliki sejarah panjang, karena tarian merupakan salah satu tarian yang tertua di Bali. Tari ini juga mendapat apresiasi dari berbagai kalangan masyarakat.
Dalam perkembangannya, yang dulunya sebagai tarian yang sakral, kini Tari Pendet menjadi sebuah tarian penyambutan atau tarian selamat datang khas Bali.
Tidak hanya tarian, penataan yang dikembangkan musik instrumen memainkan bentuk yang baik, cara notasinya dan penggunaan fitur dan nadanya khas alunan musik Bali.
Tidak hanya unsur musik dan tari, Tari Pendet juga tetap memiliki elemen religi serta kesucian. Seni yang beragam di Bali tidak terlepas karena budaya Hindu yang sangat banyak dan berkembang di Bali.
Sebelum dikenal sebagai tari penyambutan, pendet adalah bagian prosesi keagamaan hampir di setiap pura di Bali. Mamendet atau mendet adalah kegiatan untuk menyebut sebuah tahap upacara yang dimaknai sebagai penyambutan para dewa.
Mamendet biasanya adalah tugas para pemimpin upacara atau pemangku, namun di beberapa tempat persembahan seni itu dapat dilakukan oleh siapa saja, tua muda, laki perempuan.
Melalui iringan gamelan papendetan, seorang nenek misalnya bangkit spontanitas ngayah mengambil canang, dupa, pasepan lalu menari penuh ketulusan. Seorang atau beberapa pemangku juga lazim menggamit tombak, bandrangan dan atau keris menari-nari dengan lugu berimprovisasi. Bahkan bocah-bocah pun tampak sering berpartisipasi dengan keceriaanya.
Berangkat dari tradisi mamendet dalam aktivitas keagamaan itulah muncul kreativitas seni yang kemudian dikenal sebagai Tari Pendet. Dalam perkembangannya, tokoh yang pertama kali berperan dalam perkembangan Tari Pendet adalah I Wayan Rindi yang menciptakan koreografer baru atau lebih modern.
Lalu dilanjutkan oleh I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng yang akhirnya diubahlah tarian ritual menjai tarian selamat datang. Namun yang pasti, tari yang pada awalnya disebut Pendet Pujiastuti itu berkembang cepat di tengah masyarakat Bali.
Ketika ditampilkan dalam Asian Games 1962, tari ini sempat ditata kembali oleh seniman karawitan dan tari I Wayan Beratha.
Melalui untaian perbendaharaan gerak tari Bali, Pendet pada intinya melukiskan wanita Bali melakukan persembahyang ke hadapan para dewa atau Hyang Widhi. Stilisasi estetik dari khusuknya saat bersembahyang itu dilukiskan pada bagian tengah tari ini.
Kadek Suartaya, Dosen Jurusan Karawitan ISI Denpasar mengungkapkan, dalam posisi bersimpuh dengan bokor ditaruh di depan lutut, setahap demi setahap bunga diambil dan diangkat ke dada dikepit kedua jemari tangan yang terkatup, lalu dilepas ke atas.
Pada bagian akhir, dalam gerakan ngumbang, bunga-bunga itu kembali disebar dengan hikmat. Dalam perjalanannya kemudian, entah atas kritik atau anjuran pihak mana, untuk menyambut turis di bandara atau di hotel, dibuat Tari Pendet versi pendek, 2-3 menit, dengan menghilangkan bagian persembahyangannya.
Sebagai seni tari sub kebudayaan Indonesia, Tari Pendet telah menjadi jembatan toleransi kemajemukan ekspresi kebudayaan kita. Sebagai sebuah nilai estetik dan kultural Nusantara, Tari Pendet telah mengerling dunia, menyemai komunikasi universal dengan bangsa-bangsa sejagat.