Jakarta, 18 Oktober 2022 – Menyulap energi angin menjadi listrik sudah banyak dilakukan di Indonesia. Bahkan, pada pertengahan 2015, pemerintah Indonesia sukses membangun pembangkit listrik tenaga bayu-angin (PLTB) di Sambas, Bantul, Yogyakarta.
PLTB tersebut merupakan pembangkit listrik berkapasitas total mencapai 50 megawatt dan menjadi PLTB yang terbesar di Tanah Air.
Pertanyaannya, apa saja keunggulan dan kekurangan PLTB. Mengutip dari salah satu jurnal Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) (2016), berikut beberapa keunggulan dan kekurangan PLTB.
1. Biaya operasional PLTB cukup murah dibandingan dengan pembangkit listrik tenaga panas bumi ataupun yang lainnya.
- Advertisement -
2. Banyak tempat yang memiliki potensi angin yang baik untuk PLTB.
3. Bisa digunakan pusat listrik menggunakan baterai. Nantinya bisa dipindahkan untuk memasok listrik di pemukiman pelosok yang belum tersetrum PLN.
4. Tidak memerlukan bahan bakar seperti pembangkit listrik konvensional yang sangat bergantung pada batu bara. Alhasil, PLTB disinyalir tidak menimbulkan polusi.
5. Namun, untuk membangun instalasi PLTB tidaklah mudah mengingat banyak pula kendala teknis yang cukup besar.
Berikut beberapa perttimbangan teknis yang harus diperhatikan saat membangun PLTB.
1. Tidak semua daerah memiliki potensi angin yang masuk dalam kriteria bisa dikonversi menjadi setrum.
2. Rendahnya densitas energi yang terkandung dalam angin, sehingga membuat efisiensi cukup rendah dan hanya mencapai 20 persen saja.
3. Hanya cocok untuk tenaga kecil
4. Angin bertiup tidak konstan
5. Perlu beberapa kontrol pengatur
6. Biaya investasi cukup mahal.
Kendala mengembangkan energi angin
Penyebab utama yang membuat PLTB tidak terlalu populer dan kurang menarik di Indonesia karena rendahnya kecepatan angin di kawasan trofis.
Umumnya, kecepatan angin yang bertiup di kawasan Indonesia merupakan kategori angin lokal yang disebabkan perbedaan tekanan dari masing-masing wilayah. Perbedaan tekanan angin ini disebabkan oleh perbedaan temperatur akibat efek pemanasan permukaan bumi yang terpapar sinar matahari.
Kisaran kecepatan angin di Indonesia berada di rentang 2,5 -5,5 meter per detik di ketinggian 24 meter di atas permukaan tanah.
Sementara itu, teknologi turbion angin umumnya didesain pada kecepatan angin yang relatif lebih tinggi juga stabil.