Jakarta, 9 November 2022 (SAHITYA.ID) – Pemerintah Daerah Jawa Barat tengah serius mendukung ekosistem keberlangsungan kendaraan listrik di wilayah Jawa Barat. Upaya tersebut dilakukan secara pentahelix dengan melibatkan berbagai stakeholder.
Skema pentahelix mengharuskan adanya kolaborasi berbagai pihak dari mulai akademisi, dunia usaha, komunitas, media, hingga pemerintahan. Dari unsur akademisi, Pemprov Jabar salah satunya menggaet Universitas Nottingham, Inggris.
Hal itu disampaikan Sekretaris Pemprov Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja saat menjadi Keynote speech di acara Seminar Pentahelix Collaboration, dengan tema ‘Rencana Pengembangan dan Masukan Terhadap Kerja Sama Pemda Provonsi Jabar dan University of Nottingham UK, di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu, 9 November 2022.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”categories” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
- Advertisement -
Kolaborasi Pemprov Jabar dengan akademisi dari Universitas Nottingham dalam rangka pengembangan unit kendaraan listrik. Ini penting, ucap Setiawan, karena seiring bertambahnya jumlah penduduk Jabar, maka penggunaan kendaraan akan terus bertambah.
Sementara itu, lanjut dia, efek samping dari masifnya penggunaan kendaraan adalah polusi akibat emisi kendaraan berbahan bakar minyak (BBM). Maka upaya penurunan emisi di bidang transportasi yakni lewat konversi ke kendaraan listrik dan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Berdasarkan rincian dari Open Data Jabar, jumlah kendaraan bermotor di Jabar pada tahun 2021 sebanyak 16,3 juta unit. Adapun hingga saat ini jumlah kendaraan listrik di Jabar baru sekitar 545 unit.
“Dilihat dari jenisnya kebanyakan (kendaraan listrik yang digunakan) adalah tipe sepeda motor,” kata Setiawan. “Jumlah kendaraan listrik (EV) harus diakselerasi.”
Menurutnya Pemprov Jabar juga terus berupaya menghadirkan energy supply guna menyokong ekosistem kendaraan listrik. Beberapa waktu lalu, Pemprov Jabar bersama PLN Unit Induk Distribusi Jawa Barat (UID Jabar) telah meluncurkan 104 SPKLU yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Barat.
Di samping itu dukungan baik terhadap industri, ataupun pengrajin kendaraan custom, atau bengkel konversi kendaraan konvensional menjadi kendaraan listrik juga terus dilakukan, yakni dengan standardisasi dan sertifikasi.
“Capacity building untuk sumber daya, kemudian juga penting dalam mengembangkan kendaraan listrik di Jabar,” tandasnya.
Ketua Komisi I DPRD Jawa Barat Bedi Budiman mengaku legislatif mendukung terwujudnya migrasi kendaraan dari energi fosil ke listrik. Namun hal itu pun tetap membutuhkan persetujuan rakyat.
Menurutnya, penggunaan kendaraan listrik adalah demi menghadirkan transportasi yang murah dan efisien. Bedi berharap, di masa yang akan datang, Indonesia khususnya Jabar dapat berdikari dan mandiri dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Makanya, ia melanjutkan, momen kolaborasi bersama University of Nottingham harus dimanfaatkan sebaik mungkin. “Kami berharap agar ke depan, ketergantungan kita terhadap luar negeri bisa tertangani,” tukasnya.
Profesor Patrick Wheeler dari Universitas Nottingham mengemukakan sejumlah hal terkait konversi kendaraan konvensional ke listrik pada pertemuan tersebut.
Di antaranya, ucap dia, perlu untuk dipersiapkan sistem storage atau penyimpanan energi elektrik. “Lalu, hal yang paling esensial saat ini adalah pengembangan teknologi,” ujar pria yang akrab disapa Pat tersebut.
Alhasil, kata dia, yang selalu menjadi kata kunci apabila bicara pengembangan teknologi saat ini, menurutnya adalah mesin-mesin elektrik dan daya elektronika.