Jakarta, 16 November 2022 (SAHITYA.ID) – Galvanometer, instrumen untuk mengukur kuat arus dan beda potensial listrik yang relatif kecil sudah lazim dikenal oleh masyarakat luas. Adalah Johann Salomo Christoph Schweigger, kimiawan Jerman yang disebut sebagai penemu alat tersebut.
Pria kelahiran 8 April 1779 yang lahir di Erlangen, Jerman itu juga merupakan ahli fisika dan profesor matematika. Namun, di kota kelahirannya JSC Schweigger belajar filsafat.
Ada cerita unik dari putra Friedrich Christian Lorenz Schweigger, seorang profesor teologia di Erlangen ini sebelum menemukan galvanometer.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
- Advertisement -
Johann Schweigger awalnya belajar filsafat di Erlangen. PhD-nya melibatkan pertanyaan Homer yang dihidupkan kembali pada waktu itu oleh Friedrich August Wolf.
Johann Tobias Mayer, Georg Friedrich Hildebrandt dan Karl Christian von Langsdorf meyakinkan Schweigger untuk beralih ke fisika dan kimia dan dia memberi kuliah tentang hal ini di Erlangen hingga 1803. Sebelum mengambil posisi sebagai guru sekolah di Bayreuth dan pada 1811 di Nuremberg.
Dari 1816 hingga 1819, Schweigger diangkat sebagai profesor filsafat di Erlangen dengan mengajar fisika dan kimia. Kemudian, pada 1816 ia terpilih sebagai anggota Leopoldina. Tiga tahun kemudian, ia pindah ke Universitas Halle.
Tak lama setelah Dane Hans-Christian Oersted menemukan efek magnetik listrik, Schweigger mengembangkan ‘multiplier’ (pengganda) pada 1821. Sebetulnya, pada 1820, Oersted mengumumkan penemuannya bahwa jarum kompas dibelokkan ketika digantung di atas kawat yang membawa arus listrik.
Namun, pada tahun yang sama Johann Schweigger dari Nuremberg di Universitas Hale, mengubah kawat menjadi koil di sekitar jarum yang sangat melipatgandakan efek dan menyebut perangkat itu sebagai ‘pengganda’ tetapi kemudian mulai menggunakan istilah galvanometer.
Alat ini memiliki jarum magnet di mana kawat dibungkus berkali-kali. Efek magnetik dari listrik ini lah yang menggerakkan jarum yang mengukur kekuatan listrik.
Johann Schweigger menemukan dan membuat galvanometer sensitif pertama pada 1820. Sejak saat itu, Schweigger menamainya dengan ‘Luigi Galvani’. Dia menciptakan instrumen ini untuk mengukur dan mendeteksi kuat arus dan beda potensial listrik yang relatif kecil, dengan melilitkan gulungan kawat di sekitar kompas bertingkat.
Alat ini adalah perangkat elektromekanis, dan fungsi galvanometer tak hanya digunakan untuk mendeteksi aliran arus. Tetapi juga untuk mengukur arus dalam rangkaian atau konduktor. Instrumen ini juga dapat diubah menjadi amperemeter dengan sedikit perubahan pengaturan.
Fungsi galvanometer yang utama adalah untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik yaitu, suplai arus dalam medan magnet diubah menjadi torsi magnetik. Perangkat galvanometer bekerja seperti aktuator karena menghasilkan torsi berputar yang berbelok dalam arah sebaliknya.