Jakarta, 29 Oktober 2022 – Pertamina terus memperkuat transisi energi bersih guna menyokong aganda pemerintah yang menargetkan nol emisi karbon alias net zero emissions (NZE) pada 2060, mendatang.
Dukungan Pertamina itu salah satunya berupa memasarkan bahan bakar hijau unggulan yakni Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau Green Diesel D100 yang kini sudah diterima di pasarkan di beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Prancis.
[inline_related_posts title=”Kamu juga mungkin tertarik membaca ini:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
Produk tersebut merupakan bahan bakar penggani diesel yang diklaim lebih ramah lingkungan di mana Green Diesel D100 itu bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar kendaraan ataupun memproduksi listrik hiai melalui penggunaan genset.
- Advertisement -
Produk yang dihasilkan oleh Green Refinery Cilacap tersebut sudah mendapatkan sertifikat internasional Sustainability and Carbon Certification (ISCC). Produk HVO tersebut pun diyakini berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon hingga 65-70 persen dibandingan bahan bakar diesel konvensional. Alahasil, produk itupun didaulat sebagai green product.
Semula, HVO Pertamina tersebut diluncurkan dan digunakan guna mendukung pelaksanaan Jakarta E-Prix 2021. Kini, produk yang diberi nama Renewable Diesel (Pertamina RD) tersebut sudah dipasarkan ke Eropa. Green Refinery Cilacap bisa memproduksi Pertamina RD sekitar 3 ribu barel per hari dengan bahan baku nabati berupa Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).
General Manajer Kilang Cilacap, PT Kilang Pertamina Internasional, Edy Januari Utama mengatakan pihaknya terus berkomitmen guna memperkuat transisi energi bersih sejalan dengan komitemen Pertamina dalam menjalankan prinsip Environmental, Social, & Governance (ESG) di semua lini bisnisnya.
Menurutnya, Pertamina terus melakukan inovasi dengan menekan emisi dari peralatan produksinya maupun menghasilkan produk-produk rendah emisi berbasis energi baru terbarukan. Ini sejalan dengan komitmen Pertamina untuk melakukan dekarbonisasi pada bisnisnya demi menciptakan lingkungan yang semakin baik.
Perusahaan berplat merah tersebut pun memiliki roadmap NZE guna memastikan komitmen upaya dekarbonisasi secara bertahap hingga dicapai target nol emisi karbon pada 2060. Roadmap NZE merupakan salah satu bukti nyata komitmen Pertamina dalam mendukung SDG’s atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan no. 13 mengenai penanganan perubahan iklim.
Pertamina berkomitmen meningkatkan kapasitas dan kemampuan Green Refinery Cilacap yang saat ini baru 2.500 – 3.000 barel per hari menjadi 6.000 barrel per hari dengan produk mencakup Green Diesel, Sustainable Aviation Fuel, dan Bionaphta,” ujar Edy Januari belum lama ini.
Ia menambahkan, peningkatan kapasitas green energy tersebut sejalan dengan permintaan pasar dunia terhadap produk energi bersih dan sebagai bentuk keseriusan Pertamina untuk menerapkan strategi agresif di Green Business dalam roadmap net zero Emission. “Fleksibilitas bahan baku green energy juga akan semakin ditingkatkan sehingga tidak hanya mengolah berbasis CPO tetapi juga bisa mengolah bahan lain semisal Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah menjadi energi hijau,” kata dia.
Pada fase kedua pengembangan green refinery Cilacap, selain fleksibilitas jenis produk, juga telah direncanakan peningkatan kemampuan kilang dalam mengolah second generation renewable feedstock seperti minyak jelantah atau sejenisnya, sehingga kontribusi penurunan emisi produknya pun meningkat hingga 85-90% dibandingkan bahan bakar fosil.
Terkait pengumpulan minyak jelantah tersebut, akan dipelajari juga potensi pengimplementasian konsep circular economy yang berfokus pada peningkatan ekonomi masyarakat sehingga keberadaan Green Refinery dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat selain energi yang lebih ramah lingkungan.