Jakarta, 11 November 2022 (SAHITYA.ID) – Sekitar 60% bauran listrik di dunia masih didominasi oleh bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. Data itu sebagaimana dilaporkan Our World in Data yang dikutip Sahitya.id.
Tapi tahukah bahwa bahan bakar fosil berupa lignit atau batu bara coklat membunuh lebih banyak orang dari sumber energi listrik lainnya?
Our World in Data memaparkan sumber energi tak hanya menyebabkan perubahan iklim yang membahayakan lingkungan, melainkan juga kematian akibat kecelakaan dan polusi udara.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
- Advertisement -
Mereka menghitung tingkat kematian akibat kecelakaan dan polusi udara global dari sumber energi listrik berdasarkan terawatt per jam (TWh). Adapun 1 TWh hampir sama dengan konsumsi listrik tahunan 150.000 warga di Uni Eropa.
Hasilnya, lignit membunuh lebih banyak orang dari sumber energi listrik lainnya. Bahan bakar fosil ini memiliki tingkat kematian 32,72 kematian per Twh.
“Bahan bakar fosil dan biomassa membunuh lebih banyak orang daripada nuklir dan energi terbarukan modern. Batubara, sejauh ini adalah yang paling kotor,” jelas pernyataan Our World in Data.
Sementara nuklir yang umumnya dipersepsikan sebagai peristiwa tragis seperti kecelakaan Chernobyl di Ukraina (1986) dan Fukushima di Jepang (2011), justru memiliki tingkat kematian lebih rendah dari batu bara.
“(Dua kecelakaan nuklir) ini adalah peristiwa tragis. Namun, dibandingkan dengan jutaan orang yang mati karena bahan bakar fosil setiap tahun, jumlah kematian terakhir sangat rendah,” bunyi laporan tersebut.
Sedangkan, energi surya atau solar memiliki tingkat kematian terendah yakni 0,02 kematian per TWh. Meskipun teraman, namun sumber energi ini juga mengakibatkan sejumlah kecil orang meninggal dalam kecelakaan di rantai pasokan, seperti kebakaran selama pemasangan turbin atau panel surya.
Sebagai upaya menghentikan perubahan iklim, masyarakat dapat beralih dari sumber energi batu bara ke energi terbarukan. Transisi ini bukan hanya akan melindungi generasi mendatang, melainkan juga akan memberikan manfaat kesehatan yang besar bagi generasi saat ini.