Jakarta, 2 November 2022 (SAHITYA.ID) – Dua mahasiswa Prodi Perikanan (PSDKU) Universitas Padjadjaran (Unpad), Annisa Maysabila dan Rika Heryani berhasil mengembangkan perbaikan kualitas air limbah budi daya udang melalui proses bioremediasi.
Bioremediasi merupakan proses biologis yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengurai limbah pada kolam budi daya menjadi senyawa non toksik (tidak mengandung racun).
Di bawah arahan dua dosen pembimbing FPIK Unpad, Zahidah dan Rega Permana, dua mahasiswa tersebut berhasil mengembangkan inovasi dalam melakukan budidaya udang.
[inline_related_posts title=”Baca juga:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”categories” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
- Advertisement -
Sebagaimana diketahui, kawasan Pangandaran memiliki potensi pengembangan perikanan yang cukup menjanjikan termasuk dalam pengembangan tambak untuk budi daya udang. Yang perlu diperhatikan, terkait pengelolaan manajemen lingkungan yang baik agar bisa meminimalisir terjadinya pencemaran air.
Annisa dan Rika berhasil menunjukkan penggunaan teknik bioremediasi mampu menurunkan beban pencemaran air pada limbah budi daya udang, yaitu di sektor biochemical oxygen demand (BOD) sebesar 37,73 persen dan amonia hingga 100 persen.
Mereka berdua pun memaparkan hasil penelitiannya di ajang “The 5th International Conference of Fisheries and Marine Science” yang diselenggarakan secara online oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Rabu (28/9/2022).
“Penelitian ini merupakan hasil integrasi pembelajaran Project Based Learning (PBL) yang menghubungkan konsep dan teori yang dipelajari di kelas serta praktikum pada mata kuliah teknologi pengolahan air limbah yang ditawarkan di program studi Perikanan PSDKU,” ujar Rega.
“Model pembelajaran PBL dengan output seperti ini akan mendorong mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya secara aktual dan menambah soft skills mereka dalam melakukan presentasi,” ia menambahkan.
Pencemaran air menjadi isu yang menjadi titik fokus penelitian tersebut. Hal itupun masuk dalam irisan beberapa kategori ihwal Sustainable Development Goals (SDGs).
Rusaknya lingkungan akibat pencemaran bisa melahirkan berbagai dampak negatif termasuk dari mulai level di tingkat spesies hingga ekosistem. Alhasil, penelitian tentang upaya perbaikan kualitas air limbah budi daya udang tersebut patut diapresiasi.
Satu di antara aktivitas di sektor perikanan yang memiliki potensi mencemari lingkungan perairan yakni budi daya perikanan atau akuakultur. Akuakultur ini merupakan pemasok komoditas perikanan dengan pertumbuhan cukup pesat.
Akuakultur menyediakan hampir 50 persen ikan, udang dan kerang yang biasa dikonsumsi khalayak. Terkini, akuakultur diproyeksikan akan mengalami peningkatan menjadi 62 persen dengan jumlah produksi lebih dari 100 juta ton per tahun.
Sistem akuakultur yang banyak digunakan dalam budi daya udang adalah sistem akuakultur semi intensif. Namun, masalah yang hadir kemudian dalam budi daya uang dengan sistem tersebut adalah sisa pakan, bahan organik dan senyawa beracun menjadi mudah terkumpul.
Alhasil, karena tingginya bahan organik, padatan tersuspensi, karbon, nitrogen dan fosfor yang bersumber dari sisa pakan udang, sistem akuakultur semi intensif berpotensi besar menurunkan kualitas air kolam.
Makanya, kata Rega, penelitian tersebut diharapkan bisa memberi pengetahuan baru bagi pelaku budi daya udang khususnya di wilayah Pangandaran dan umumnya di daerah lain.