Jakarta, 28 Oktober 2022 – Kebutuhan akan energi makin ke sini semakin besar. Alhasil, kita tidak bisa mengandalkan energi yang bersumber dari fosil semata. Sudah waktunya kita bergegas ke sumber energi yang bisa diperbaharui dan lebih bersih guna mencegah krisis perubahan iklim.
Di antara salah satu sumber energi yang mampu menjawab kebutuhan itu yakni nuklir. Teknologi nuklir sangat bermafaat untuk kehidupan manusia, termasuk untuk mengatasi krisis energi.
Nuklir adalah energi yang dihasilkan dari inti atom. Nuklir berasal dari istilah nucleus. Terdapat dua jenis reaksi nuklir yang diperlukan untuk melepaskan energi nuklir. Pertama reaksi fisi–pembelahan inti, yang banyak digunakan dalam reaktor nuklir atau bahkan perancangan bom atom. Kedua, reaksi fusi di mana penggabungan dua inti atom menjadi satu inti atom dengan tingkat gramasi lebih berat. Reaksi tersebut terjadi secara alamiah di matahari.
Lantas untuk apa sebetulnya kegunaan nuklir di bidang energi. Salah satunya yakni dijadikan untuk mengeksplorasi energi memanfaatkan isotop.
- Advertisement -
Isotop alam ataupun buatan ternyata bisa digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi energi panas bumi atau geothermal. Isotop merupakan bentuk dari unsur nuklir yang memiliki nomor atom yang sama, tapi jumlah proton di nucleus dengan massa atom yang berbeda karena memiliki jumlah neutron berbeda, mengutip dari laman Batan.
Kondisi alam di Indonesia sangat menguntungkan untuk memaksimalkan potensi energi yang bersumber dari panas bumi. Bentang alam Indonesia terletak di antaran interaksi lempengan Eurasia, India-Australia, dan Pasifik. Hal itu menjadikan Indonesia sebagai daerah vulkanik dengan potensi panas bumi yang besar.
Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 28.500 megawatt. Namun, potensi energi geothermal tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan optimal. Tercatat, hanya sekitar 4 persen saja pemanfaatan energi panas bumi dari total potensi sebesar 1,2 gigawatt.
Indonesia jauh tertinggal dari negara tetangga, Filifina yang mampu memanfaatkan energi panas bumi hingga 70 persen. Isotop alam seperti O-18 dan D, maupun isotop radioaktif buatan semisal I-125, bisa berfungsi sebagai pelacak jejak atau perunut saat melakukan penelitan asal usul cairan dalam sistem panas bumi. Isotop alam pun bisa digunakan untuk menentukan besaran suhu reservoir atau penampung panas.
Sebagai tracer, isotop digunakan untuk mengetahui hubungan antara sumur injeksi dan sumur produksi. Isotop pun bisa digunakan untuk mempelajari sistem hidrologi selama eksoploitasi berlangsung dan mendeteksi kemungkinan perubahan fisik dalam penampung panas karena pengaruh unsur air reinjeksi. Isotop pun bisa digunakan untuk menentukan apakah eksplorasi panas bumi di suatu titik bisa dilanjutkan atau tidak.
Terkini, Indonesia memiliki beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi seperti Kamojang dengan kapasitas 200 MW, Dieng berkapasitas 60 MW, salak berkapasitas 350 MW, dan Wayang Windu berkapasitas 300 MW. Selain itu ada pembangkit Lahendong berkapasitas 60 MW, Sibayang berkapasitas 10 MW dan Darajat berkapasitas 110 MW dan masih banyak lagi.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) sendiri telah bekerja sama dengan Pertamina sejak awal tahun 1990-an dalam penggunaan isotop di kawasan eksplorasi panas bumi Lahendong, Sulawesi Utara. Kegiatan eksplorasi panas bumi di area Lahendong tersebut telah dilakuka sejak tahun 1982.
Manfaat yang diperoleh pertamina dengan adanya teknik perunut dari Batan yaitu adanya dukungan untuk manajemen produksi sumber panas bumi. isotop sebagai perunut membantu menentukan dimana lokasi sumur reinjeksi yang tepat dan sumur produksi berikutnya.
sotop adalah bentuk dari unsur yang nukleusnya memiliki nomor atom yang sama, tetapi jumlah proton di nukleus dengan massa atom yang berbeda karena mereka memiliki jumlah neutron yang berbeda.