Jakarta, 31/10/2022 – Beberapa waktu belakangan ini, perbincangan mengenai resesi mulai berkeliaran, baik secara global maupun nasional. Hal ini terjadi ketika bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi.
Dengan kebijakan tersebut, Bank Dunia mulai melaporkan bahwa resesi global akan terjadi pada tahun 2023, diikuti dengan serangkaian krisis di pasar negara berkembang.
[inline_related_posts title=”Kamu juga mungkin tertarik membaca ini:” title_align=”left” style=”list” number=”3″ align=”none” ids=”” by=”tags” orderby=”rand” order=”DESC” hide_thumb=”no” thumb_right=”no” views=”no” date=”yes” grid_columns=”2″ post_type=”” tax=””]
Lantas, bagaimana nasib Indonesia sebagai negara berkembang? Dan apa yang perlu kita siapkan untuk menghadapi resesi?
- Advertisement -
Dalam rangka menghadapi inflasi yang terjadi karena pemulihan pasca pandemi, bank-bank sentral di seluruh dunia perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase agar sesuai dengan target Bank Dunia.
Ketika peningkatan ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB global akan melambat menjadi 0,5% pada 2023, kontraksi 0,4% dalam istilah per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.
Sebagai negara dengan pasar berkembang, Indonesia tentu akan mengalami dampak resesi global, dimana penurunan permintaan kemungkinan akan diikuti oleh harga komoditas yang lebih rendah.
Dengan instabilitas ekonomi yang terjadi secara global, IMF pun memangkas kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 dari sebelumnya 5,2 persen menjadi 5 persen.
Proyeksi gejolak perekonomian Indonesia ini dapat membuat kekhawatiran bagi masyarakat, khususnya terhadap instabilitas suku bunga yang dapat mempengaruhi kredit.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan merubah skema cicilan menjadi fixed rate agar mengurangi ketidakstabilan melalui Kredit Take Over.
Sebagai financial aggregator yang sudah tercatat di OJK sejak 2019, Loan Market menawarkan network yang ekslusif ke 35 partner lender dari perbankan dan berbagai institusi keuangan lainnya, termasuk jasa konsultasi untuk alternatif pinjaman, sehingga memudahkan masyarakat dalam menemukan skema pinjaman yang tepat.
Tidak hanya Kredit Take Over, Loan Market juga memiliki berbagai produk lainnya yang meliputi KPR, Multiguna, Kredit Modal Usaha, Deposito, serta Kredit Investasi.
Namun walaupun di tengah gejolak ekonomi yang terjadi, pemerintah Indonesia masih menunjukkan reaksi positif.