Jakarta, 20 Oktober 2022 – Asri Peni Wulandari, peneliti bidang mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran mengembangkan riset terkait tanaman rami (Boehmeria nivea L. gaudich) menjadi bahan tekstil fungsional. Penelitian yang dilakukan Asri bersama sejumlah mitra lainnya meneliti tentang manfaat serat dari tanaman rami difungsikan sebagai bahan baku pembuatan pakaian tahan api.
“Kita sekarang sedang fokus ke tekstil fungsional,” kata Asri, Selasa, 18 Oktober 2022, sebagaimana dikutip dari laman resmi Unpad.
Menurut Asri, serat rami yang cenderung memiliki tingkat elastisitas cukup tinggi memungkinkan rami dijadikan bahan baku pembuatan pakaian tahan api, semisal baju anti peluru.
Guna menjadikan kain rami bisa tahan api, lanjut dia, maka diperlukan pelapisan dengan racikan bahan kimia. Menurutnya, kain ini sudah melalui uji kelayakan. Saat didekatkan dengan sumber api, menunjukkan kain rami tersebut tidak terbakar. “Sudah kita anggap aman dalam proses risetnya,” katanya.
- Advertisement -
Asri dan timnya menguji sistem fabrikasi dari hulu hingga hilir. Ia menjelasakan proses hulu-hilir tersebut dimulai dari budi daya tanaman rami, pembuatan serat rami, benang, kain, hingga merealisasikan kain tersebut jadi pakaian fungsional.
Ia mengatakan penelitian tentang rami tersebut didanai dari Matching Fund pada 2022. “Mimpi kami adalah kita akan membangun sistem manufaktur rami. Dari hulu sampai akhir. Jadi benar-benar terintegrasi,” bebernya.
Asri mengatakan prioritasnya kini yakni membuat pakaian berbahan dasar rami memiliki nilai fungsional tertentu semisal jenama anti peluru yang bahan bakunya masih impor dan harganya terbilang mahal. Di samping itu, Asri mengatakan kedepan penelitian akan dikembangkan untuk kepentingan pemenuhan fungsi fesyen di Tanah Air.
Asri sudah lama melakukan penelitian terkait tanaman yang dikenal kaya akan manfaat tersebut. Ia tercatat sudah meneliti rami sekitar 10 tahun. Berawal dari keprihatian Asri melihat fenomena minimnya bahan alternatif untuk bahan baku pembuatan kain.
Selama ini, kata dia, kapas menjadi bahan baku utama pembuatan pakaian. Masalahnya, kapas didapat dari impor. Alhasil, dengan dikembangkannya rami tersebut, bisa mengurangi kuantitas impor kapas.
Asri paham betul penggunaan mesin pembuat kain rami terbilang cukup mahal. Alhasil, Asri sudah menemukan solusi untuk menekan harga produksi kain berbahan dasar serat rami. Ia menggunakan mikroba untu biodegumming, sehingga proses pembuatan kain rami bisa lebih murah tapi kualitasnya jauh lebih unggul dibandingan menggunakan teknologi konvensional.
“Kita berusaha untuk mencari serat alternatif yang bisa dibudidayakan lokal kemudian yang artinya potensinya juga harus kita kembangkan ke arah bagaimana kita bisa mandiri sandang dengan produk bahan baku yang dari Indonesia,” ucapnya.
Asri berharap mendapat dukungan dari berbagai pihak khususnya dari pemerintah yang bisa mengatur kebijakan terkait pemanfaatan serat rami menjadi bahan alternatif pembuatan pakaian.
“Kita ingin juga ada bantuan dari pemerintah atau dari banyak investor yang terlibat langsung supaya proses pengembangan dari rami ini bisa berlangsung jadi skala industrial,” tutupnya.